Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin mengungkapkan bahwa para nelayan di Pantai Selatan Jabar yang tidak dapat melaut karena kapalnya rusak akibat terjangan gelombang tinggi, diusahakan untuk mendapatkan bantuan.
"Setelah didata oleh BPBD, ratusan kapal rusak dan juga gazebo tempat makan rusak. Kami mencari skema terbaik untuk membantu para nelayan dan UMKM apakah tanggap darurat atau hanya stimulan, tapi kami pikirkan juga bantuan untuk para nelayan untuk memperbaiki kapal-kapalnya," kata Bey di Gedung Sate Bandung, Kamis.
Dia menjelaskan, berdasarkan data yang diterimanya, gelombang pasang tersebut membuat ratusan kapal nelayan sepanjang Pantai Selatan Jabar antara Sukabumi sampai Garut rusak hingga mereka tidak bisa melaut, belum lagi infrastruktur dan warung juga rusak dampak dari gelombang besar itu.
Menurut Bey, untuk tahap awal karena mata pencaharian para nelayan terganggu, Pemprov Jabar segera membuat dapur umum di berbagai titik untuk membantu masyarakat yang menjadi korban.
"Kami ingin semua tempat, mulai dari Rancabuaya Garut, Jayanti Cianjur, juga Pelabuhan Ratu, dan ada beberapa tempat lainnya, perlakuannya harus sama. Walau yang saya pantau memang Rancabuaya paling parah," katanya.
Bey Machmudin kembali mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, karena berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geogfisika (BMKG) diperkirakan gelombang pasang akan terjadi hingga 20 Maret 2024 mendatang.
"Imbauan untuk tidak melaut dulu, karena keselamatan warga utama dan juga gelombang masih tinggi," katanya.
Sebelumnya, Bey menggambarkan bencana akibat gelombang tinggi, ratusan kapal nelayan di sepanjang pesisir selatan Jawa Barat rusak, dan Rancabuaya, Kabupaten Garut menjadi lokasi yang memiliki tingkat kerusakan kapal nelayan terparah yakni 142 kapal.
"Setelah didata oleh BPBD, ratusan kapal rusak dan juga gazebo tempat makan rusak. Kami mencari skema terbaik untuk membantu para nelayan dan UMKM apakah tanggap darurat atau hanya stimulan, tapi kami pikirkan juga bantuan untuk para nelayan untuk memperbaiki kapal-kapalnya," kata Bey di Gedung Sate Bandung, Kamis.
Dia menjelaskan, berdasarkan data yang diterimanya, gelombang pasang tersebut membuat ratusan kapal nelayan sepanjang Pantai Selatan Jabar antara Sukabumi sampai Garut rusak hingga mereka tidak bisa melaut, belum lagi infrastruktur dan warung juga rusak dampak dari gelombang besar itu.
Menurut Bey, untuk tahap awal karena mata pencaharian para nelayan terganggu, Pemprov Jabar segera membuat dapur umum di berbagai titik untuk membantu masyarakat yang menjadi korban.
"Kami ingin semua tempat, mulai dari Rancabuaya Garut, Jayanti Cianjur, juga Pelabuhan Ratu, dan ada beberapa tempat lainnya, perlakuannya harus sama. Walau yang saya pantau memang Rancabuaya paling parah," katanya.
Bey Machmudin kembali mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, karena berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geogfisika (BMKG) diperkirakan gelombang pasang akan terjadi hingga 20 Maret 2024 mendatang.
"Imbauan untuk tidak melaut dulu, karena keselamatan warga utama dan juga gelombang masih tinggi," katanya.
Sebelumnya, Bey menggambarkan bencana akibat gelombang tinggi, ratusan kapal nelayan di sepanjang pesisir selatan Jawa Barat rusak, dan Rancabuaya, Kabupaten Garut menjadi lokasi yang memiliki tingkat kerusakan kapal nelayan terparah yakni 142 kapal.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Nelayan Pantai Selatan Jabar tak bisa melaut diusahakan dapat bantuan