Sementara itu, Pemerintah via Bakosurtanal menamainya Poco Desu dan Poco Rongkong versi Bakosurtanal adalah gunung di sebelah Poco Desu. Lain halnya dengan warga Desa Mblek yang menyebutnya gunung Mblek. Akan tetapi Iyut lebih memilih nama Poco Rongkong untuk menghormati warga kampung Bumbek yang menghantarkannya ke puncak gunung.
Di gunung inilah Iyut membutuhkan waktu sampai 23 hari untuk mencari informasi tentangnya. Tinggal di empat desa dan tiga kampung untuk menggali informasi dan baru hari ke-24 bisa melakukan pendakian. Menurut informasi yang ada, sudah 50 tahun tidak ada yang pernah ke puncak tertingginya.
Iyut sangat ngotot dan terobsesi untuk mendakinya sebab gunung tersebut adalah satu-satunya gunung dalam daftar 170-an gunung di Indonesia yang gagal didaki Daniel Quinn. Dia hanya sampai di 300 meter sebelum puncak gunung pada 2013.
Bagi Iyut, mendaki gunung yang gagal ditaklukkan oleh "dewa" pendaki dan juga Quinn serta belum pernah didaki oleh Willem Sigar Tasiam adalah sebuah pencapaian yang langka.
Gunung Amagelu di Kabupaten Nagekeo di pedalaman Flores juga membutuhkan perjuangan, kenapa? Karena hanya tiga kelompok/orang di luar warga lokal yang pernah sampai di puncaknya.
Pada 1990, seorang warga negara Jerman berhasil mencapai puncak dan pada 2000 empat pendaki asal Sulawesi Selatan membangun tugu di atasnya dalam ekspedisi 2 minggu. Iyut termasuk yang sukses mencapai ujung pendakian pada 2022.
Yang juga membutuhkan perjuangan yakni Gunung Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Kala itu untuk pertama kalinya Iyut mengalami mimisan saat mendaki karena 40 jam tidak bisa tidur akibat demam terkena gigitan lintah. Bagi Iyut, menghalau ratusan pacet dalam pendakian 5 hari 4 malam, menjadi pendakian paling "berdarah".
Iyut menutup ekspedisi pendakian 111 gunung selama 2 tahun di Gunung Rantekambola di Sulawesi Selatan pada 10 Agustus 2023.
Sementara itu, Gunung Rante Mario (3.443 mdpl) di Sulawesi Selatan adalah yang tertinggi di Sulawesi sekaligus gunung yang selalu menjadi penutup ekspedisi Willem. Keduanya berada di Enrekang Sulsel dan termasuk gunung dalam gugusan Pegunungan Latimojong.
"Karena pendaki idola saya Bang Willem Tasiam Sigar selalu menutup ekspedisi-ekspedisi fenomenalnya di Sulawesi Selatan. Jadi untuk menghormati pendaki idola saya itu."