Singapura (ANTARA) - Harga minyak memperpanjang kerugian di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena lonjakan persediaan minyak mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan dan antisipasi kenaikan suku bunga lebih lanjut memicu kekhawatiran atas prospek permintaan bahan bakar yang lebih lemah dan resesi ekonomi.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 1,08 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 84,48 dolar AS per barel pada pukul 07.29 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 1,14 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 77,93 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 10,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 10 Februari, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (14/2/2023).
Kenaikan itu jauh lebih besar dari kenaikan 1,2 juta barel yang diperkirakan oleh sembilan analis yang disurvei oleh Reuters, berpotensi menunjukkan penurunan permintaan bahan bakar.
Stok bensin naik sekitar 846.000 barel, sementara stok sulingan naik sekitar 1,7 juta barel, menurut sumber yang berbicara tanpa menyebut nama.
"Data API memberikan tekanan yang meningkat pada pasar minyak karena ini akan menjadi minggu kedelapan peningkatan stok ... Permintaan yang lemah di pasar AS akan terus menekan harga minyak dalam waktu dekat," kata analis dari Haitong Futures.
Perkiraan persediaan resmi pemerintah akan di rilis pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (03.30 GMT).
Sementara itu, seorang pejabat Federal Reserve mengatakan pada Selasa (14/2/2023) bahwa bank sentral AS perlu terus menaikkan suku bunga secara bertahap untuk mengalahkan inflasi setelah data menunjukkan bahwa harga konsumen AS meningkat pada Januari.
Harga minyak turun di Asia, melonjaknya stok AS picu kekhawatiran permintaan
Rabu, 15 Februari 2023 15:55 WIB