Keramaian itu pulalah yang akhirnya membuat mereka kembali buka mulai dari pukul 11.00 sampai 21.30 WIB. Ini adalah bukti, Empal Gentong masih jadi primadona pemudik.
Rasa penasaran dari bisikan orang-orang, mendorong mereka untuk tetap singgah di Kota Cirebon meski COVID-19 masih berkeliaran mencari mangsa di sekeliling kita.
Bicara mengenai rasa penasaran karena bisikan tersebut, seorang pejuang mudik lain, Ahmad Mukhlisin (26) mengaku tetap ingin merasakan Empal Gentong, meski baru tiba di Cirebon pada saat langit sudah gelap.
“Rasanya mudik itu beda, habis puasa kita pengen makan dan menghajar mau puas-puasin makan makanan yang enak, terus saya tahu. Empal Gentong rekomendasinya,” ujar dia sambil mengunyah makanan di mulutnya.
Ahmad takjub, kuah yang dirasakannya benar-benar sesuai apa yang dikatakan oleh masyarakat. Letihnya terbayarkan dengan Empal Gentong khas Kota Cirebon. Dinikmatinya makanan itu bersama kerupuk dan satu gelas es teh manis bersama teman-temannya.
Nia yang juga sependapat dengan Ahmad dan Agus, karena rasanya yang khas dan benar-benar terkenal, pihaknya itu sampai membuat inovasi menaruh Empal Gentong dalam kemasan kaleng supaya pemudik baik dalam negeri maupun luar negeri bisa tetap merasakannya, meski kemasan itu memiliki batas kedaluwarsa selama satu tahun.
Nia dengan bangga ikut mengakui, Empal Gentong bukan hanya sekadar bisikan enak saja. Empal Gentong adalah harta karun Kota Cirebon yang harus dinikmati apabila singgah ke kota yang memiliki julukan Kota Udang tersebut.
“Silakan coba Empal Gentong khas Cirebon. Kalau ke Cirebon, enggak ‘nendang’ rasanya kalau enggak coba Empal Gentong,” ajak Nia.
Baca juga: Pengelola Goa Sunyaragi Cirebon buka tempat istirahat untuk pemudik