Bandung (ANTARA) - Sekitar 18 ribu petani ikan yang ada di Indonesia telah memanfaatkan teknologi yang dikembangkan perusahaan rintisan di bidang teknologi perikanan yakni efishery, kata salah satu pendiri yang juga pimpinan efishery, Chrisna Aditya di Bandung, Rabu.
Salah satu contoh pemanfaatan efishery ialah aplikasi eFisheryKu yakni aplikasi koperasi perikanan digital yang dirancang khusus untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budidaya.
"Hingga saat ini yang sudah bergabung dengan kita itu kurang lebih 18 ribu. Spesifik di Jabar ada sekitar 5.000-an dan mayoritas banyaknya di Jabar," kata Chrisna Aditya.
Pihaknya menargetkan dalam kurun waktu tiga tahun mendatang efishery bisa merangkul satu juta dari total sekitar tiga juta pembudidaya ikan di Indonesia.
Chrisna mengungkapkan bahwa selama 8 tahun berkiprah, efishery berhasil melahirkan berbagai terobosan dalam mengakselerasi pertumbuhan industri akuakultur.
Chrisna lantas mencontohkan aplikasi eFisheryKu, aplikasi koperasi perikanan digital yang dirancang khusus untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budidaya.
Dijelaskan Chrisna, aplikasi ini selayaknya koperasi yang menyediakan berbagai kebutuhan para pembudidaya ikan. Mulai dari pembelian pakan, penjualan ikan, informasi seputar harga pasar, serta pengajuan permodalan.
Hingga saat ini, aplikasi eFisheryKu tersebut sudah diunduh oleh ribuan pembudidaya ikan di Indonesia.
Selain eFisheryKu, efishery juga menghadirkan layanan pendampingan digital eFarm bagi para petambak udang. eFarm memberikan layanan pendampingan budidaya, monitoring kualitas air tambak, serta protokol pencegahan wabah penyakit.
Selain memfasilitasi para pembudidaya, Agustus lalu eFishery juga meluncurkan program efishery Academy.
Program ini digagas dalam rangka menggerakkan anak muda untuk secara aktif terlibat dalam membangun industri akuakultur.
Ada tiga program yang ditawarkan oleh efishery academy, yaitu Aqua-Scientist, Aqua-Troops, dan Aqua-Preneurs.
Chrisna menjelaskan bahwa saat ini penting untuk mengikutsertakan para pelajar, ilmuwan, dan semua pihak yang memiliki pengalaman dan ketertarikan di bidang akuakultur.
Termasuk mengajak anak muda untuk terlibat secara aktif di sektor ini demi mendorong terjadinya transfer pengetahuan lintas generasi, sekaligus memastikan kesinambungan dan keberlanjutan ekosistem akuakultur.
Dia menambahkan bahwa prospek industri akuakultur semakin berkembang pesat ketimbang sektor makanan berbasis hewani lainnya.
Dari data yang dihimpunnya, laju tangkapan ikan laut cenderung stagnan, dimana pertumbuhannya hanya tiga persen.
Di sisi lain, akuakultur tumbuh 21 persen selama enam tahun terakhir sehingga prospek industri ini semakin cerah karena potensinya sangat besar termasuk di Indonesia.
"Kita (Indonesia) ini produsen akuakultur terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi pemuda terbesar di dunia, sekitar 26 persen dari total 260 juta penduduknya atau kurang lebih 68 juta jiwa. Jadi hal ini menjadi sangat potensial," kata dia.
Baca juga: Kelompok usaha perikanan di Ciamis terima bantuan mesin pembeku
Baca juga: DPRD Jabar: Budi daya bibit perikanan Singaparna perlu tambahan pakan untuk tingkatkan produksi