Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi lima kali gempa kembar (doublet earthquake) sejak 2007 di wilayah Indonesia.
"Di wilayah Indonesia sudah beberapa kali terjadi gempa kembar," kata Koordinator bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin.
Dia merincikan yaitu gempa kembar Bengkulu pada 12 September 2007 magnitudo 8,4 dan pada 13 September 2007 magnitudo 7,8. Kemudian Gempa kembar Aceh 11 April 2011 magnitudo 8,6 pukul 15.38 WIB dan magnitudo 8,2 pukul 17.43 WIB.
Selanjutnya gempa kembar Bengkulu 19 Agustus 2020 magnitudo 6,8 pukul 5.23 WIB dan magnitudo 6,9 pukul 5.29. Gempa kembar selatan Pangandaran 24 Agustus 2020 magnitudo 5,2 pukul 00.38 WIB dan magnitudo 5,0 pada pukul 00.54 WIB. Serta Gempa kembar selatan Lampung 13 Februari 2021 magnitudo 5,3 pukul 11.18.21 WIB dan magnitudo 5,5 pada pukul 11.30.54 WIB.
Gempa kembar atau doublet earthquake adalah peristiwa gempa bumi yang kekuatannya hampir sama dan terjadi dalam waktu serta lokasi pusat gempa yang relatif berdekatan.
Daryono menjelaskan, gempa kembar yang terjadi bisa jadi memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain atau antara gempa pertama dan kedua.
Antara kedua gempa yang terjadi tersebut bisa saja berkaitan, kemungkinan penyebab terjadinya beberapa gempa kembar antara lain dapat disebabkan oleh picuan statis. Fenomena gempa kembar diduga akibat adanya pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang sudah terjadi sebelumnya.
Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak, sehingga gempa kembar biasanya memiliki lokasi yang berdekatan. Pemicuan bersifat statis dapat terjadi pada peristiwa dua atau lebih gempa yang sangat berdekatan sumbernya dalam waktu yang berdekatan, seperti halnya gempa Lombok 2018.
Gempa kembar bisa saja terjadi karena faktor kebetulan, di mana dua gempa yang terjadi memang bersumber dari masing-masing sumber gempa yang sama-sama “sudah matang”, karena sudah lama mengalami akumulasi medan tegangan (stress) maksimum. Maka terjadilah pelepasan atau rilis energi gempa secara hampir bersamaan dengan lokasi sumber yang relatif berdekatan.
Lebih lanjut dia mengatakan, gempa kembar juga perlu diwaspadai karena jika kekuatannya besar dapat berdampak sangat merusak jika episenternya dekat dengan permukiman penduduk.
Sedangkan gempa kembar berkekuatan besar jika terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dapat memicu terjadinya tsunami seperti gempa kembar yang terjadi di barat Bengkulu pada 12 September 2007 dan gempa kembar di barat Aceh pada 11 April 2011.
Terkait dengan gempa kembar di selatan Lampung pada Sabtu (13/2) hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa zona gempa di Samudra Hindia selatan Bengkulu dan Lampung memang sedang terjadi peningkatan aktivitas gempa selama enam bulan terakhir.
Tercatat gempa signifikan dengan magnitudo diatas 5,0 sudah terjadi sebanyak 14 kali sejak November 2020
Sebelumnya Pulau Enggano juga diguncang gempa dengan magnitudo 6,2 pada Rabu (10/2) yang diikuti 11 kali gempa susulan. Ditambah dengan gempa kembar di selatan Lampung menjadikan gempa signifikan yang terjadi di Bengkulu hingga Lampung semakin banyak.
Meskipun sudah terjadi gempa besar di segmen Megathrust Enggano pada tahun 2000, tetapi tidak bisa dikatakan segmen selatan Bengkulu-Lampung aman seratus persen, kewaspadaan perlu terus ditingkatkan di setiap wilayah dekat sumber gempa potensial, ujar Daryono.
Baca juga: BMKG catat 646 kali gempa bumi terjadi sepanjang Januari 2021
Baca juga: Guru besar ITB sebut perlu peta kerentanan bangunan daerah rawan gempa
Baca juga: Aktivitas Sesar Lembang dipantau BMKG sejak 1963
BMKG catat lima kali gempa kembar sejak 2007 termasuk Pangandaran
Senin, 15 Februari 2021 12:52 WIB