Bandung (ANTARA) - Pandemi COVID-19 menghambat pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede berkapasitas 2x55 MW di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sehingga terlambat dari target yang ditetapkan.
"Memang kami ada sedikit delay (keterlambatan), itu sekitar 4,72 persen di mana plan kami (progres pembangunan PLTA Jatigede per 13 Desember 2020) 87,12 persen sedangkan aktualnya baru 82,4 persen," kata Manajer PT PLN Unit Pelaksana Proyek (UPP) Pembangkit Jawa Bagian Tengah 2 Arie Nugroho Ardianto dalam jumpa pers virtual, Jumat.
PLTA Jatigede memanfaatkan air irigasi dari Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang yang dibangun oleh Kementerian PUPR yang memiliki potensi pembangkit listrik tenaga air.
Arie menuturkan saat pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia maka semua kegiatan diberhentikan enam bulan, terlebih 80 persen pengerjaan PLTA Jatigede dikerjakan di bawah tanah.
"Jadi ini underground work ya, sangat rawan. Ventilasi sangat terbatas. Kami bekerja dalam ruang tertutup sehingga kemungkinan besar untuk penularan tinggi dan kami belum menemukan cara mengantisipasinya," kata dia.
PLTA Jatigede, kata Arie, total memiliki enam seksi tahap pengerjaan yakni pertama headrace tunnel, surge shaft, penstock tunnel, power station, tialrace tunnel dan regulating dam.
Saat ini PLTA Jatigede berhasil menyelesaikan pekerjaan Top Heading Excavation (penggalian saluran air di headrace tunnel) sepanjang 2.218,73 meter berhasil tembus pada Oktober 2019.
Hal ini merupakan salah satu batu loncatan yang penting dalam progres pengerjaan PLTA.
PLTA Jatigede 2 x 55 MW akan jadi produk pertama dari PLN UIP JBT I yang ditargetkan selesai pada 2020 dan dapat mendukung upaya pemerintah mencapai rasio elektrifikasi 100 persen pada tahun depan.
Baca juga: Ridwan Kamil dukung usulan KEK Jatigede di Sumedang
Baca juga: Pemprov Jabar kucurkan Rp30 miliar untuk pengembangan wisata di Waduk Jatigede
Baca juga: Irigasi Jatigede tingkatkan tanaman padi di Cirebon barat