Bandung (ANTARA) - Kelompok Keahlian Teknik Biomedika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan perangkat untuk mendeteksi penyakit jantung atau kardiovaskuler.
Alat yang diberi nama NIVA atau Non-Invasive Vascular Analyzer tersebut dilaunching oleh Rektor ITB Prof Dr Kadarsah Suryadi, Kamis, di Gedung Center for Research and Community Service (CRCS) ITB Jalan Ganesha Kota Bandung, dengan disaksikan oleh Menteri Ristek/BRIN Prof Bambang P Brodjonegoro.
NIVA yang merupakan perangkat non-invasif menggunakan sensor PPG (photoplethysmograph) dan sensor tekanan darah ini akan menganalisis pembuluh darah yang ada di dalam tubuh manusia.
Prof Tati Latifah Erawati Rajab Mengko selaku ketua tim pembuat NIVA menjelaskan, penelitian mengenai alat tersebut telah dimulai sejak 2013 lalu menggunakan dana Penelitian Unggulan Strategis Nasional dari DIKTI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selama tiga tahun.
“Saat itu muncul satu ide yang dipacu oleh permintaan dari dokter bahwa apakah kita bisa membuat sebuah peralatan yang dapat mendeteksi lebih awal akan gejala terjadinya sumbatan di dalam pembuluh darah,” ujar Prof Tati.
Dr Hasballah Zakaria, Dr Richard Mengko, dan tim Teknik Biomedis ITB juga turut serta dalam penelitian tersebut.
NIVA yang merupakan perangkat non-invasif menggunakan sensor PPG (photoplethysmograph) dan sensor tekanan darah ini akan menganalisis pembuluh darah yang ada di dalam tubuh manusia.
"Alat ini dirancang untuk mengukur fungsi Vaskuler dengan enam parameter, dan tingkat risiko Vaskuler untuk lima parameter secara sekaligus," ujarnya.
Penyumbatan Pembuluh Darah
Prof Tati menjelaskan penyumbatan pembuluh darah biasanya terjadi karena terdapat plak-plak di dalam pembuluh darah.
Plak tersebut muncul disebabkan pembuluh darah tidak licin karena Nitric Oxide (NO) berkurang. NO ini sangat berperan dalam menjaga tingkat kelenturan dari pembuluh darah.
Lebih lanjut ia mengatakan, bertambahnya umur manusia ikut mempengaruhi produksi NO pada lapisan endothelial yaitu lapisan paling dalam pembuluh darah manusia sehingga kelenturan pembuluh darah juga ikut berkurang.
Hal tersebut berakibat pada peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
Terkait kesehatan pembuluh darah yang sangat mahal pengobatannya, Prof Tati mengatakan peralatan ini dapat membantu BPJS dalam mendeteksi risiko penyakit stroke dan jantung.
"Maka dari itu, adanya peralatan ini diharapkan bisa mendeteksi penyakit tersebut sedari awal. Dengan alat ini, jika hasil dari parameternya kurang baik, kita bisa segera melakukan pengobatan ke dokter sebelum terjadi hal yang lebih buruk lagi," ujarnya.
Bekerja sama dengan PT Selaras, alat ini siap diproduksi massal agar dapat berguna bagi masyarakat banyak.
Saat ini NIVA sudah diuji coba dan dipakai di dua rumah sakit, yaitu di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Kedepannya, alat tersebut juga akan dilakukan uji coba di Rumah Sakit Unair Surabaya, Rumah Sakit Sardjito, dan di Rumah Sakit Gatot Subroto.
Keberadaan NIVA ini merupakan solusi terintegrasi untuk mengukur kesehatan pembuluh darah. Melalui pendekatan kerjasama dengan industri ini, harga produksi dapat ditekan.
Selain itu, peralatan ini akan menjadi perangkat screening yang efektif untuk mengurangi jumlah pasien yang harus mendapat tindakan medis.
Perangkat ini juga diharapkan dapat mengurangi impor dan mendongkrak kemampuan industri dalam negeri untuk menghasilkan berbagai peralatan medis lainnya.
ITB luncurkan "NIVA" alat pendeteksi dini penyakit jantung
Kamis, 12 Desember 2019 16:41 WIB