Jakarta (ANTARA) - PT Aldebaran Rekayasa Cipta (Baran Energy) berinvestasi sekitar Rp200 miliar untuk mengembangkan teknologi baterai penyimpanan energi skala besar dari tenaga panas matahari melalui aplikasi surya panel tersebut.
Founder dan CEO Baran Energy Victor Wirawan dalam acara peluncuran baterai PowerWall Baran Energy di Jakarta, Kamis, mengatakan pengembangan inovasi baterai atau powerbank raksasa yang tergolong sebagai teknologi energi ramah lingkungan ini memakan biaya investasi termasuk pabriknya hingga Rp200 miliar.
Victor menjelaskan Baran Energy telah meluncurkan baterai listrik bernama PowerWall dengan kapasitas 8.8 KWh. Saat ini perusahaan juga mengembangkan kapasitas yang lebih besar lagi, yakni PowerPack 126 Mb dan PowerCube 1.2 MWh.
Ketiga perangkat ini dapat digunakan, mulai dari untuk rumah tinggal, pabrik, real estate, perkebunan, pertambangan, hingga industri berskala besar.
"Storage energy ini menyimpan energi yang dihasilkan dari solar panel, dari air, panas bumi. Kelebihan energi rata-rata terbuang, itu lah yang kita simpan misalnya untuk perkebunan, dia bisa menghasilkan energi sendiri," kata Victor.
Saat ini tingkat komponen dalam negeri (TKDN) baterai listrik Baran Energy ini baru mencapai 60 persen, dengan komponen baterai yang masih diimpor. Dalam waktu dekat, perusahaan juga akan menggandeng pihak Panasonic Indonesia untuk memproduksi baterai dari dalam negeri.
Victor menambahkan jumlah produksi baterai masih terbilang sedikit namun seiring dengan pembangunan pabrik di Cibitung, produksi ditargetkan mencapai 200-300 unit per hari pada tahun 2019 ini.
"Sekarang konsumen sudah boleh melakukan pre-order pemesanan. Kita akan proses tahap produksi karena masih tahap pembangunan industrinya. Mudah-mudah akhir tahun ini bisa produksi cepat," kata Victor.
Baca juga: Dua pabrikan mobil listrik China minat relokasi bisnis ke Indonesia
Baca juga: Indonesia produksi mobil listrik pada 2025, kata Menristek