Cirebon (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat mengevaluasi pelaksanaan rekrutmen peserta magang ke Jepang setelah terdapat sejumlah calon yang mengundurkan diri meski sudah lolos seleksi akhir pada 2025.
Kepala Disnaker Kabupaten Cirebon Novi Hendrianto di Cirebon, Senin, mengatakan dari beberapa orang yang lolos tahapan akhir seleksi, ada tujuh peserta memilih mundur, sementara satu peserta lagi tidak bisa dihubungi.
“Ini menjadi catatan kami untuk program tahun depan. Sayang sekali karena masih banyak warga yang sangat berkeinginan ikut program ini, apalagi seluruh biaya pelatihan ditanggung pemerintah daerah,” katanya.
Menurut dia, sebagian peserta yang mundur beralasan sudah bekerja atau melanjutkan kuliah. Padahal sejak awal mereka telah mengikuti proses seleksi ketat, mulai dari tes bahasa, budaya, hingga pemeriksaan kesehatan.
Ia menuturkan kuota program magang ke Jepang tahun ini dari Kabupaten Cirebon sebanyak 130 orang. Kemudian ditetapkan sekitar 69 peserta yang berhasil lolos dan dipastikan bisa mengikuti pelatihan sebelum diberangkatkan.
“Kuota itu berasal dari anggaran daerah. Karena ada yang mundur, jumlah yang benar-benar bisa lanjut jauh berkurang dari target,” ujarnya.
Novi menjelaskan proses seleksi dilakukan secara berlapis dengan pengawasan ketat. Tahapan terakhir meliputi pemantauan akhir, medical check up (MCU) serta psikotes.
Ia menyampaikan hasil MCU sangat menentukan, sebab calon peserta yang memiliki riwayat penyakit seperti bronchitis, TBC, patah tulang, atau buta warna otomatis tidak bisa diberangkatkan.
“MCU menjadi tahapan paling vital. Kalau ada penyakit bawaan atau riwayat medis tertentu, otomatis tidak bisa berangkat,” katanya.
Selain kesehatan, kata dia, aspek psikologis juga diperhatikan serta peserta yang menunjukkan potensi memberontak atau tidak mampu beradaptasi dalam psikotes juga tidak diloloskan.
Novi menegaskan ketatnya proses ini untuk menjaga nama baik pribadi peserta, keluarga, daerah, hingga negara saat bekerja di Jepang.
“Program ini membawa nama baik kita semua. Karena itu, seleksi harus betul-betul ketat dan objektif,” tutur Novi.
