Agus menilai keberangkatan 77 warga itu memberi dampak ganda yakni selain mengurangi pengangguran, remitansi yang dikirim pekerja akan menggerakkan ekonomi di tingkat keluarga hingga desa.
Lebih lanjut, dia menyampaikan Jepang kini menghadapi kekurangan tenaga kerja dengan kebutuhan sekitar 820 ribu orang. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi pekerja Indonesia, termasuk dari Cirebon untuk mengisi sektor tersebut.
“Kami berupaya agar kebutuhan tenaga kerja Jepang bisa selaras dan menyerap dengan potensi tenaga usia produktif di Cirebon,” tuturnya.
Ia menegaskan keberhasilan memberangkatkan tenaga kerja ke Jepang tidak berarti Pemkab Cirebon berhenti menciptakan lapangan kerja di daerah, melainkan bagian dari solusi cepat menghadapi keterbatasan industri lokal.
“Standar kerja di Jepang ketat, berbeda dengan di sini. Tapi saya yakin, jika serius belajar, warga Cirebon bisa menyesuaikan,” ucap dia.
