Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) Rupiah dipengaruhi negosiasi Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan memperpanjang pengenaan tarif baru yang memberikan sentimen positif terhadap indeks dolar AS.
“Kesepakatan dagang Amerika dan China terakhir diperkirakan akan diperpanjang jeda pengenaan tarif baru seiring dengan semakin dekatnya batas waktu realisasi tarif pada 1 Agustus,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Pemerintah China, menjelang pertemuan lanjutan di Swedia, mengaku masih berharap AS dapat terus melanjutkan kesepakatan yang dicapai sebelumnya terkait perang dagang.
Perwakilan dari China dan AS yaitu Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent diketahui bertemu pada Senin-Selasa, 28-29 Juli 2025 di Stockholm, Swedia, untuk membahas tarif dagang kedua negara.
Pertemuan di Swedia itu adalah tatap muka lanjutan setelah di Jenewa, Swiss pada Mei 2025 dan di London, Inggris, pada Juni 2025 dimana barang AS ke China telah dipangkas tarifnya menjadi 10 persen, sementara barang-barang China ke AS terkena tarif 30 persen.
Namun, keputusan pertemuan sebelumnya punya tenggat waktu yaitu 90 hari dan akan berakhir pada 12 Agustus 2025. Sebelumnya, bea impor terhadap produk China yang masuk ke AS adalah sebesar 145 persen sedangkan China menetapkan tarif 125 persen terhadap produk AS.
Pertemuan Stockholm tersebut terjadi di tengah ancaman kenaikan tarif impor barang ke AS seperti yang disampaikan Presiden Donald Trump, efektif berlaku 1 Agustus. Tarif yang lebih tinggi, yang diancamkan terhadap mitra dagang AS adalah sebesar 10-50 persen.
Pada 2024, AS mencatat defisit neraca perdagangan dengan China sebesar 295,5 miliar dollar AS. Sebagai perbandingan, AS mencatat defisit 418 miliar dollar AS pada 2018. Defisit AS mulai menurun beberapa tahun terakhir.
"(Negosiasi AS dengan China) memberi sentimen positif terhadap penguatan indeks dolar dan secara otomatis memperlemah rupiah," ungkap dia.
Sentimen lain terhadap pelemahan rupiah ialah dampak kesepakatan tarif antara AS dengan Uni Eropa (UE), dimana Paman Sam AS sudah mencapai kesepakatan kerangka perdagangan dengan UE dengan mengenakan tarif impor 15 persen pada sebagian besar barang asal Eropa yang masuk ke AS.
