Dedi mengatakan untuk jagung, komoditas tersebut kini ditanam di lahan seluas 15 ribu hektare dan pihaknya bakal menambah cakupan areal tanamnya.
“Jagung kami memiliki kualitas kuning yang bagus, dan tembakau dari Bantarujeg juga sangat diakui kualitasnya,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar pembeli komoditas tersebut berasal dari luar daerah, dan ketika produknya dipasarkan kembali, sering kali diidentifikasi sebagai produk daerah lain, bukan Majalengka.
“Misalnya, kopi dari Majalengka justru dijual seolah-olah berasal dari Garut. Ini menjadi salah satu alasan kami ingin menonjolkan bahwa produk ini adalah hasil Majalengka,” tuturnya.
Pemkab Majalengka, lanjut Dedi, telah menggulirkan sejumlah program agar tiga komoditas unggulan ini bisa dikenal luas sebagai produk asli dari daerahnya.
Ia mencontohkan salah satu program yang dijalankan, yakni dengan memperbaiki kemasan dan melabeli produk-produk tersebut agar jelas asal usulnya.
Langkah ini, tambah dia, bertujuan agar komoditas Majalengka lebih dikenal dan mampu bersaing sebagai produk unggulan daerah.