Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan mengungkapkan lebih memilih untuk fokus pada aspek substansial ketimbang kampanye seremonial usai resmi mendaftarkan diri dalam Pilgub Jabar 2024, Selasa ini.
"Kami akan menghindari hal-hal yang terlalu seremonial. Kita ingin mengutamakan, mengedepankan aspek-aspek yang substansial yang menjadi kebutuhan masyarakat. Jika seremonial nanti macetnya tambah parah dan banyak terganggu, saya tidak ingin mengganggu ketertiban lalu lintas secara terus-menerus, sehingga kami ingin melakukan hal-hal yang lebih nyata di kehidupan masyarakat ini," kata Dedi di Kompleks Kantor KPU Jabar, Selasa.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi mengatakan, setelah resmi menjadi pasangan calon, aktivitasnya tak akan banyak yang berubah, yakni turun ke masyarakat untuk menjaring aspirasi dan membantu penyelesaiannya.
"Saya kan kegiatannya tidak pernah berubah, saya akan terus kembali lagi naik motor, naik mobil keliling kampung bertemu dengan warga menyelesaikan berbagai problem yang bisa diselesaikan hari ini secara personal, karena kan secara kelembagaan kita tidak memiliki otoritas," ujar Dedi.
Hal-hal yang bersifat substansial itu, kata Dedi, adalah seperti janji kampanyenya yakni membebaskan warga Jawa Barat dari gizi buruk atau stunting yang menyasar anak-anak sekolah sehingga tercipta SDM yang bergizi baik, dan wanita Jabar yang posturnya ideal untuk hamil dengan sehat termasuk ketika menyusui.
"Maka di situlah peran negara untuk mengintervensi, mengedukasi seluruh kebutuhan itu. Nanti mungkin dokter di puskesmas itu bisa mengeluarkan resep pengambilan makanan ke minimarket ke warung-warung yang menjadi mitra kerjasama pemerintah provinsi untuk diambil makanan-makanan yang berkualitas bagi mereka ini yang menjadi fokus kita bahwa persoalan pembebasan masyarakat dari kasus gigi buruk kasus stunting bukan hanya sekedar kita memberikan makan," tuturnya.
Terkait dengan kampanye sendiri, Dedi mengaku sebelum diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilgub Jabar, dia sudah banyak keliling desa-desa di sejumlah Kabupaten/Kota di Jabar. Sehingga pada kampanye nanti, dirinya tinggal melakukan penguatan di wilayah perkotaan.
"Saya kan sudah berkunjung ke 2000 desa di seluruh Jawa Barat, jadi hari ini ya kita ingin berkomunikasi dengan pusat-pusat kota yang mudah dijangkau, karena yang paling ujung sudah hampir semuanya dijangkau," ucapnya.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan menjadi pasangan pertama yang mendaftar sebagai calon Gubernur Jabar dan Wakil Gubernur Jabar ke KPU.
Pasangan ini diusung oleh lima partai yang tergabung dalam koalisi Indonesia Maju (KIM) yakni Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat dan PSI.
Dari lima partai ini, total ada 55 kursi dengan rincian Gerindra 20 kursi dan menjadi partai dengan perolehan kursi terbanyak pada Pileg kemarin, diikuti Golkar dengan 19 kursi, kemudian Demokrat 8 kursi, PAN 7 kursi dan PSI 1 kursi.
Tak cuma itu, sembilan partai non parlemen juga belakangan ikut mendeklarasikan mendukung pasangan ini, diantaranya Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Partai Garuda, Partai Rakyat Adil Makmur (Prima), Partai Ummat, Perindo, PKN, Hanura dan Partai Buruh.
"Kami akan menghindari hal-hal yang terlalu seremonial. Kita ingin mengutamakan, mengedepankan aspek-aspek yang substansial yang menjadi kebutuhan masyarakat. Jika seremonial nanti macetnya tambah parah dan banyak terganggu, saya tidak ingin mengganggu ketertiban lalu lintas secara terus-menerus, sehingga kami ingin melakukan hal-hal yang lebih nyata di kehidupan masyarakat ini," kata Dedi di Kompleks Kantor KPU Jabar, Selasa.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi mengatakan, setelah resmi menjadi pasangan calon, aktivitasnya tak akan banyak yang berubah, yakni turun ke masyarakat untuk menjaring aspirasi dan membantu penyelesaiannya.
"Saya kan kegiatannya tidak pernah berubah, saya akan terus kembali lagi naik motor, naik mobil keliling kampung bertemu dengan warga menyelesaikan berbagai problem yang bisa diselesaikan hari ini secara personal, karena kan secara kelembagaan kita tidak memiliki otoritas," ujar Dedi.
Hal-hal yang bersifat substansial itu, kata Dedi, adalah seperti janji kampanyenya yakni membebaskan warga Jawa Barat dari gizi buruk atau stunting yang menyasar anak-anak sekolah sehingga tercipta SDM yang bergizi baik, dan wanita Jabar yang posturnya ideal untuk hamil dengan sehat termasuk ketika menyusui.
"Maka di situlah peran negara untuk mengintervensi, mengedukasi seluruh kebutuhan itu. Nanti mungkin dokter di puskesmas itu bisa mengeluarkan resep pengambilan makanan ke minimarket ke warung-warung yang menjadi mitra kerjasama pemerintah provinsi untuk diambil makanan-makanan yang berkualitas bagi mereka ini yang menjadi fokus kita bahwa persoalan pembebasan masyarakat dari kasus gigi buruk kasus stunting bukan hanya sekedar kita memberikan makan," tuturnya.
Terkait dengan kampanye sendiri, Dedi mengaku sebelum diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilgub Jabar, dia sudah banyak keliling desa-desa di sejumlah Kabupaten/Kota di Jabar. Sehingga pada kampanye nanti, dirinya tinggal melakukan penguatan di wilayah perkotaan.
"Saya kan sudah berkunjung ke 2000 desa di seluruh Jawa Barat, jadi hari ini ya kita ingin berkomunikasi dengan pusat-pusat kota yang mudah dijangkau, karena yang paling ujung sudah hampir semuanya dijangkau," ucapnya.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan menjadi pasangan pertama yang mendaftar sebagai calon Gubernur Jabar dan Wakil Gubernur Jabar ke KPU.
Pasangan ini diusung oleh lima partai yang tergabung dalam koalisi Indonesia Maju (KIM) yakni Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat dan PSI.
Dari lima partai ini, total ada 55 kursi dengan rincian Gerindra 20 kursi dan menjadi partai dengan perolehan kursi terbanyak pada Pileg kemarin, diikuti Golkar dengan 19 kursi, kemudian Demokrat 8 kursi, PAN 7 kursi dan PSI 1 kursi.
Tak cuma itu, sembilan partai non parlemen juga belakangan ikut mendeklarasikan mendukung pasangan ini, diantaranya Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Partai Garuda, Partai Rakyat Adil Makmur (Prima), Partai Ummat, Perindo, PKN, Hanura dan Partai Buruh.