Mandiri energi dengan mengolah kotoran sapi
Sabtu, 17 Agustus 2024 17:04 WIB
Keberadaan fasilitas ini merupakan bagian dari komitmen Jawa Barat untuk memanfaatkan sumber energi dari feses sapi, sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.
Proyek inovatif ini dimulai pada 2017, ketika Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah di bidang energi.
Saat itu, tim peneliti ITB segera melakukan survei ke berbagai lokasi di provinsi tersebut. Salah satu wilayah yang dipilih adalah Kabupaten Kuningan.
Diskusi dengan pemerintah setempat pun dilakukan. Hasilnya mengungkapkan masalah serius dihadapi masyarakat, yakni pencemaran lingkungan akibat limbah peternakan yang mengalir hingga ke wilayah perkotaan.
Berdasarkan temuan ini, tim ITB langsung mengajukan proposal untuk membangun sistem pengolahan limbah yang inovatif, dengan mengadopsi sistem bio-slurry.
“Berawal dari situ kami membuat usulan kegiatan untuk pembuatan sistem yang bisa mengolah limbah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Kami usulkan, baru disetujui untuk program pada tahun 2019,” kata Rahmat Romadhon, Ketua Pelaksana Program Hibah Sistem PLTS-Biogas ITB.
Dosen pada Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknik Industri (FTI) ITB ini menyampaikan, setelah usulan disetujui, proyek tersebut dimulai dengan membangun reaktor biogas yang dibagi menjadi dua reaktor, masing-masing berkapasitas 50 meter kubik.
Salah satu keunggulan dari sistem ini terletak pada efisiensinya dalam menghasilkan energi. Dengan produksi biogas sekitar 14--15 meter kubik per hari dari feses sapi, cukup untuk memanaskan air, menghasilkan listrik, serta memenuhi kebutuhan operasional lainnya di peternakan.
"Dari biogas yang dihasilkan, kami dapat memenuhi kebutuhan energi untuk pemanas air sekitar 2 meter kubik. Kalau mau mengonversi jadi listrik, produksi yang ada di situ sekitar 25 kWh sampai 30 kWh,” kata Rahmat.
Sistem ini tidak hanya menghasilkan biogas, tetapi juga mengolah sisa limbah. Instalasi reaktor tersebut dirancang untuk mencegah pencemaran dan memaksimalkan manfaat dari setiap proses.
Selain menghilangkan limbah, fasilitas ini mampu menghasilkan pupuk cair serta padat yang digunakan untuk menyuburkan tanah.