Jakarta (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan, berdasarkan naiknya kasus cacar monyet di Kongo dan sejumlah negara Afrika, penyakit itu ditetapkan sebagai kegawatdaruratan kesehatan publik berskala internasional, sesuai Regulasi Kesehatan Internasional (IHR) 2005.
Dikutip dari laman resmi WHO di Jakarta, Jumat, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa penyebaran cacar monyet berisiko menyebar lebih luas sampai ke luar Afrika.
"(Mengingat) wabah grup cacar monyet di Kongo dan negara-negara lain di Afrika, jelas bahwa respon internasional yang terkoordinasi diperlukan guna menghentikan wabah-wabah ini dan menyelamatkan banyak nyawa," kata Tedros.
Dia menjelaskan, pihaknya mengambil keputusan tersebut setelah para ahli independen dari Komite Kegawatdaruratan IHR bertemu untuk mengulas data dari WHO.
Selanjutnya, ujarnya, mereka akan mengumumkan hasil pertemuan dengan komite tersebut dan memberikan rekomendasi sementara bagi negara-negara lain.
Dia menjelaskan bahwa pada bulan lalu, lebih dari 100 kasus cacar monyet klad 1b telah dikonfirmasi di laboratorium, dan kasus-kasus tersebut dilaporkan dari empat negara tetangga Kongo yang tidak pernah melaporkan penyakit itu sebelumnya.
Para ahli, katanya, yakin bahwa angka kasus tersebut bisa lebih tinggi, karena kasus-kasus yang memiliki kecocokan secara klinis belum dites.
Tedros menambahkan, ini adalah kali kedua penyakit tersebut ditetapkan sebagai situasi kegawatdaruratan. Pada Juli 2022, cacar monyet ditetapkan sebagai situasi kegawatdaruratan kesehatan publik berskala internasional, yang tersebar secara cepat melalui kontak seksual, di sejumlah negara.
Cacar monyet dilaporkan di Kongo lebih dari satu dekade, dan selama 10 tahun itu, kasusnya selalu naik. Dia melaporkan bahwa tahun lalu, kasusnya naik secara signifikan, dan pada 2024 terdapat 15.600 kasus dan 537 kematian, lebih dari total pada tahun lalu.
Pada minggu lalu, Tedros mencanangkan proses penggunaan vaksin darurat untuk cacar monyet, sebagai upaya memberikan akses ke vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah yang belum mengajukan persetujuan regulasi nasional.
WHO juga terus berkolaborasi dengan negara-negara dan produsen vaksin untuk donasi vaksin, serta berkoordinasi dengan jaringan penanganan medis untuk memfasilitasi akses ke vaksin, diagnosis, dan alat-alat kesehatan lainnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) menangani satu temuan kasus cacar monyet (monkey pox/mpox) melalui edukasi dan peningkatan layanan fasilitas kesehatan sebagai kewaspadaan dini.
"Ya, benar dari 11 kasus di DKI, ada satu dari Pasar Minggu," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta Selatan, Kamis.
Yudi mengatakan pada 2024 ditemukan 11 kasus cacar monyet yang tersebar di delapan kecamatan yakni Pasar Minggu, Ciracas, Grogol Petamburan, Jatinegara, Kebon Jeruk, Matraman, Tanah Abang dan Tanjung Priok.
Dikatakan, seluruh kasus berada pada penderita rata-rata berusia 21-50 tahun yang menjalani perawatan intensif.
Ia menyebutkan, pihaknya meminta masyarakat untuk mengenali gejalanya sebagai bentuk pencegahan.
Baca juga: 12 pasien cacar monyet di Jakbar dinyatakan sembuh
"Gejala cacar monyet yakni ruam dan lesi di wajah, tangan, kaki, badan, mata, mulut atau kelamin," ujarnya.
Kemudian, gejala lainnya yakni demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, lesu, nyeri otot dan punggung.
Sementara, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Jakarta Selatan, Fitria Ramdhita mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan kerja sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan (Fayankes).
Hal ini sebagai langkah antisipasi terhadap perkembangan virus penyakit cacar monyet di daerah itu.
“Kami mengoordinasikan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan dini secara pro aktif," ujar Dhita.
Baca juga: Dinkes DKI Jakarta terus lakukan vaksinasi cacar monyet
Salah satunya melalui penemuan kasus di fasyankes untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi terkait cacar monyet kepada masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun, sejak 13 Oktober 2023 hingga 10 Juli 2024 total ditemukan 69 kasus konfirmasi cacar monyet di DKI Jakarta.
Angka itu tetap muncul, meski status pandemi cacar monyet telah dicabut sejak 5 Mei 2023, namun kewaspadaan dini terhadap penyakit ini tetap dilakukan.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terus melakukan vaksinasi cacar monyet bagi kelompok yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien untuk menekan penyebaran penyakit tersebut di Jakarta.
Pada Jumat malam, 17 November 2023 terdapat 37 kasus cacar monyet berdomisili di Jakarta.
Baca juga: Penanganan cacar monyet lebih mudah dari COVID-19
Semua pasien merupakan laki-laki berusia 25-50 tahun, bergejala ringan dan tertular dari kontak seksual.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: WHO umumkan cacar monyet sebagai kegawatdaruratan kesehatan global
WHO resmi umumkan cacar monyet sebagai kegawatdaruratan kesehatan global
Jumat, 16 Agustus 2024 10:50 WIB