Sebuah kesempatan yang luar biasa, karena penulis seolah memutar balik laju sejarah Indonesia, dan "menyaksikan" bagaimana negeri ini dibangun dan bangsa ini bergerak, pada tahun-tahun awal setelah penyerahan kedaulatan 1949.
Hal lain yang menarik dari ANTARA ialah ketekunan wartawannya untuk menghimpun pandangan sejumlah surat kabar lain, ketika ada kasus yang menarik perhatian publik. Hal ini sangat memudahkan untuk mengetahui pendapat surat-surat kabar itu dalam kasus yang diteliti.
Hal itu juga yang menyebabkan penelitian difokuskan pada dokumen ANTARA dan agak "mengabaikan" media lain. Karena media lain pun nyaris selalu mengambil informasi terkait Kejaksaan Agung dan Jaksa Agung Soeprapto, dari LKBN ANTARA.
Pembacaan ribuan dokumen itu di satu sisi memberikan wawasan yang cukup luas dan mendalam, tetapi di sisi lain menyisakan kecemasan yang tak kunjung hilang. Bahwa ternyata bangsa ini hanya berkutat dalam persoalan yang sama dari waktu ke waktu. Secara esensial, sebagai bangsa, kita belum beranjak meraih kemerdekaan sejati, setelah lepas dari politik kolonial negara asing.
Berdasar pengalaman saat riset untuk penulisan buku inilah dapat disimpulkan bahwa kita tidak lagi harus pesimis dengan keterbatasan data.
Dengan keleluasaan melakukan penelusuran data itu, Perpusnas boleh dibilang sudah cukup ideal sebagai perpustakaan rujukan. Proses pendaftaran keanggotaan baru bisa dilayani secara singkat, tak lebih dari lima menit. Data yang diperlukan, jika ada, sangat mudah diakses. Layanan petugas sangat baik, fasilitas untuk makan dan istirahat juga tersedia.
Data yang diperoleh dari ANRI dan Perpusnas, cukup untuk dijadikan bahan awal. Kalau bisa, sebaiknya memang ada suatu katalog komprehensif yang memublikasikan koleksi antarperpustakaan/lembaga arsip. Dengan katalog seperti ini, yang mudah diakses, niscaya akan memudahkan para peneliti.
Perpustakaan rujukan, seperti Perpusnas, masih harus terus secara aktif berburu naskah untuk lebih melengkapi lagi koleksinya, misalnya mencari dokumentasi PIA (Persbiro Indonesia) yang pada tahun 1950-an menjadi kantor berita selain ANTARA. Dan tentu akan sangat baik jika Perpusnas mampu mendapatkan data mengenai Indonesia yang ada di berbagai perpustakaan di luar negeri dalam berbagai bentuk; microfilm, microfiche, ataupun masih berbentuk cetakan.
Telaah - Dokumen LKBN Antara Menyelamatkan Sejarah Bangsa
Rabu, 24 Januari 2024 21:03 WIB