"Dengarkan sungguh-sungguh dan taati apa yang menjadi keputusan-keputusan para pemimpin kalian. Pemimpin bisa pemimpin organisasi ataupun negara, karena pemimpin negara termasuk ulil amri," katanya dalam acara Hari Lahir (Harlah) Ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan NU dan seluruh badan otonom di bawahnya selalu menunjukkan sikap yang taat terhadap pemimpin.
"Barang siapa memuliakan pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya, dan barang siapa yang menghinakan para pemimpin, presiden, wakil presiden, meremehkan semuanya termasuk pemimpin organisasi maka Allah akan membalasnya," katanya.
Ia mengemukakan Allah memerintahkan hambanya untuk tidak menyebarluaskan berita yang tidak baik.
"Barang siapa memuliakan pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya, dan barang siapa yang menghinakan para pemimpin, presiden, wakil presiden, meremehkan semuanya termasuk pemimpin organisasi maka Allah akan membalasnya," katanya.
Ia mengemukakan Allah memerintahkan hambanya untuk tidak menyebarluaskan berita yang tidak baik.
"Orang-orang yang senang, hobi untuk memviralkan, untuk menyebarluaskan berita-berita yang nggak bagus, berita-berita yang cemar terhadap orang-orang yang telah beriman kepada Allah, apa kata Allah? Mereka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia, dan di akhirat," ujarnya.
Ia menilai seorang kader NU yang tidak taat terhadap para pemimpin serta menyebarluaskan aib saudara seiman telah terpengaruh aliran keras.
"Kita minta mari berikan ketaatan, karena itu maziyah (kelebihan) NU, bukan karena pemimpin ini minta ditaati, minta disembah" ucapnya.
Untuk itu, Akhyar mengimbau agar jangan sampai perkataan yang diucapkan oleh masing-masing individu membuat kegaduhan di tengah masyarakat.
Alasa Harlah Dimajukan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan alasan di balik majunya peringatan Hari Lahir (Harlah) Muslimat NU ke-78.
Ditemui di Jakarta, Sabtu, Khofifah menjelaskan Muslimat NU didirikan pada 26 Rabiul Akhir 1365 Hijriah, bertepatan dengan 29 Maret 1946 Masehi.
"Jadi ini bukan dimajukan, ini di tengah-tengah antara Hijriah dan Masehi. Hijriahnya 26 Rabiul Akhir, sekarang sudah masuk 8 Rajab kira-kira itu kawan-kawan," ujarnya.
Kemudian, Khofifah juga mengemukakan terdapat sejumlah cabang Muslimat NU yang telah merayakan peringatan harlah terlebih dahulu, seperti di Sulawesi Selatan, Lampung, dan Maluku Utara.
Ia menambahkan masing-masing cabang berhak untuk memilih tanggal berapapun dan bulan apapun untuk merayakan peringatan serupa.
"Biasa sampai enam bulan kita harlah keliling itu ya, begitu," ucapnya.
Selain itu, Khofifah mengungkapkan alasan gelaran harlah diadakan pada 20 Januari ini sekaligus merayakan Harlah NU yang jatuh pada 31 Januari mendatang. Perayaan harlah yang bersamaan ini, kata dia, bukanlah perayaan yang pertama kali dilakukan, sebab, perayaan serupa telah dilaksanakan pada Harlah ke-60 Muslimat NU.
"Kalau kita merangkai, kan Harlah NU di GBK ini juga bukan yang pertama, jadi kita juga pernah melakukan secara bersamaan antara Harlah NU dan Harlah Muslimat NU, pada zaman Kiai Hasyim Muzadi waktu itu," tutur Khofifah Indar Parawansa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rais Aam PBNU imbau masyarakat menaati para pemimpin