Sementara KH Abdul Chalim sendiri merupakan Katib Tsani (Sekretaris kedua) pada kepengurusan PBNU periode awal tersebut.
Selain menjadi salah satu pendiri NU, KH Abdul Chalim juga dikenal sebagai pembina kerohanian organisasi paramiliter Hizbullah, pendiri Hizbullah untuk wilayah Majalengka dan Cirebon, serta pejuang Hizbullah dan angkat senjata di beberapa medan pertempuran yaitu Cirebon, Majalengka, dan Surabaya.
Baca juga: 27 nama tokoh dijadikan penamaan jalan di Garut
Karena semangat dan pejuangannya, ia dikenal sebagai Muharrikul Afkar yang artinya penggerak dan pembangkit semangat perjuangan. Ia juga pernah mendapat sebutan "Mushlikhu Dzatil Bain" (pendamai dari kedua pihak yang berselisih) karena sering mendamaikan para ulama yang bersitegang.
KH Abdul Chalim yang juga tercatat pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) ini, wafat di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, pada tanggal 12 Juni 1972.
Kini, namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi di Mojokerto, yaitu "Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto, yang kini sedang berproses menjadi Universitas Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto, Jawa Timur.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bey: KH Abdul Chalim jadi tauladan bagaimana berkontribusi pada negara