2. Pecinta semua. Kita hidup di alam, berdampingan dengan satwa dan sesama manusia. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik, manusia, sebagaimana dicontohkan Nabi, hendaknya memperlakukan ketiganya sebagai sahabat. Terhadap sahabat tentu kita tak akan menyakiti. Membiarkan hutan tetap lestari dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Mengizinkan para satwa tetap dapat bercengkerama di alam yang menjadi habitatnya tanpa mengganggu mereka. Pun menjaga harmonisasi dalam pergaulan sosial dengan tidak memercikkan konflik.
3. Toleran. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, ia akan semakin moderat dan toleran. Mereka yang baperan dalam beragama, sedikit-sedikit ngamuk dan menyerang rumah ibadah kaum lain, perlu dipertanyakan umat siapa mereka. Karena Nabi sama sekali tidak mencontohkan yang demikian.
4. Tegas. Meski secara pribadi Nabi bersifat lemah lembut, tetapi dalam kepemimpinan beliau dalam beberapa kejadian menunjukkan sikap tegasnya, seperti ketika usai Perang Hunain, Rasulullah membagi-bagikan empat perlima dari harta pampasan perang. Salah seorang penerima bernama Abbas merasa tidak puas atas apa yang ia peroleh. Si penyair itu mengumpat kepada Rasul dengan cara membacakan syair yang tidak mengenakkan hati. Maka Nabi pun memerintahkan, "Bawa orang itu pergi dari sini dan potong saja lidahnya!”
Beruntung, sahabat Ali tidak menerjemahkan perintah itu secara letterlijk.
Dalam menjalankan kepemimpinan memang harus cakap bermain peran, kepada siapa perlu berlemah-lembut dan kapan waktunya menggunakan tangan besi. Penuh kasih terhadap kaum kurang beruntung dan bertindak keras kepada orang-orang yang menyebabkan 9,4 persen penduduk Indonesia miskin, mereka adalah koruptor.
5. Memudahkan urusan orang lain. Sifat Nabi yang ini sangat relevan untuk diterapkan dalam birokrasi, utamanya terkait pelayanan publik. Konsep birokrasi yang terus berinovasi demi mempermudah pelayanan menjadi suatu terobosan menggembirakan bagi masyarakat. Penerapan teknologi digital bersifat daring yang mempersempit ruang terjadinya pungli merupakan kemajuan birokrasi yang patut diapresiasi.
Selain menyemarakkan peringatan Maulid Nabi dengan gema selawatan, cinta kepada Nabi juga perlu dibuktikan dengan menjadikannya panutan pada setiap laku kehidupan. Bila cinta hanya sebatas kata-kata, semua orang juga bisa. Tetapi segala keistimewaan yang ada dalam diri Nabi Muhammad Saw telah membawa kita pada cinta tak berkesudahan, hingga menjatuhcintainya berkali-kali, termasuk hari ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Merayakan momen untuk menjatuhcintai Nabi lagi