Karena mereka terlahir di dunia serba digital dengan segala kemudahan dan rintangan, plus perbedaan kultur dengan generasi-generasi sebelumnya, tak jarang kondisi itu membuat mereka dipandang sebelah mata.
"Mereka biasanya banyak diistilahkan dengan kata-kata Gen Z itu FOMO-an, cuek, mager (malas gerak), enggak sopan, agresif atau impulsif, banyak banget yang disematkan kepada para Gen Z tetapi oleh generasi sebelumnya," tutur Tara.
Kendati begitu, imbuh dia, Gen Z dikatakan sangat amat spesial karena mempunyai karakter dan visi yang sebetulnya kuat.
Kiat Tarik Gen Z Mau Baca Buku
Pada era digital kebiasaan membaca, terutama Generasi Milenial dan Z, berubah dari bentuk buku secara fisik ke platform digital yang menuntut kalangan penerbit pun harus punya kiat agar bisa mengikuti dan menaklukkan konsumen pembaca buku.
CEO AKAD Group, Andri Agus Fabianto dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, mengakui meski milenial dan Gen-Z dikenal sebagai segmen digital savvy atau melek digital, ternyata mereka masih menyukai membaca fiksi atau novel dalam bentuk buku secara fisik.
Hal itu, kata dia, terlihat dari persentase penjualan buku yang diterbitkannya. Pada 2021, porsi penjualan AKAD di online mencapai 95 persen, offline hanya 5 persen. Namun, pada 2022 penjualan online porsinya menurun menjadi 80 persen dan offline naik menjadi 20 persen. Hal itu juga terjadi pada 2023, dimana pada semester pertama 2023, porsi antara online dan offline menjadi 75 persen dan 25 persen.