Dia lantas mencari lokasi dan bangunan untuk pendirian TK. Ia bertemu Ngadilah (55) yang dengan senang hati menyambut niat baik Bripka Heri. Ngadilah bahkan secara sukarela memberikan bangunan rumahnya dijadikan TK. Namun, Bripka Heri tetap ingin membayar sewa kepada Ngadilah.
“Dia (Ngadilah) malah kata-kata yang diucapkan pertama itu, 'Alhamdulillah, Pak, bikin sekolah TK di sini',” ucap Bripka Heri mencontohkan percakapannya dengan Ngadilah.
Rumah milik Ngadilah kemudian disulap menjadi TK Bumi Damai Indonesia. Bripka Heri langsung menyewa bangunan itu untuk jangka waktu lima tahun, dengan uang sewa Rp1 juta per tahunnya.
Tidak hanya hati Bripka Heri dan Ngadilah yang tergerak. Ketika mencari guru sebagai tenaga pengajar di TK tersebut, Bripka Heri tidak menemui kendala berarti. Pasalnya, para calon guru menyatakan bersedia menjadi pengajar atas dasar ingin mengembangkan masyarakat Dusun Krambil dan berniat ibadah.
Relakan tukin
Seluruh biaya operasional, dari awal TK Bumi Damai Indonesia berdiri hingga kini, ditalangi oleh Bripka Heri. Ia menggunakan tunjangan kinerja (tukin) miliknya yang berjumlah Rp2,7 juta.
Sebanyak Rp2 juta digunakan untuk menggaji empat orang guru, sementara Rp700 ribu sisanya digunakan untuk operasional yang lain. Namun, terkadang ia juga menggunakan gaji pokoknya guna memenuhi keperluan lainnya.
“Kalau misalkan ini, nih, kayak wisuda ini. Saya ambil dari gaji saya. Itu karena untuk wisuda ini otomatis kami butuh beli toga, konsumsi, dan lain sebagainya,” ucap dia ketika ditemui ANTARA.
Langkah Bripka Heri tersebut tidak dipermasalahkan oleh sang istri. Bripka Heri menjelaskan kepada istri bahwa pendirian TK gratis tersebut bukan tanpa alasan. Kepedulian akan masa depan anak-anak dan urgensi pendidikan usia dini, menjadi bahan bakarnya. Kendati begitu, dia mengaku istrinya sempat terkejut di awal ingin mendirikan TK.