Yogyakarta (ANTARA) - “Selamat datang, Bapak. Selamat datang, Bapak. Selamat datang, kami ucapkan,” demikian dendang para murid TK Bumi Damai Indonesia menyambut kedatangan Bripka Heri Prasetyo, sang pendiri sekolah gratis itu.
Terik Matahari tak menghapuskan senyum para murid menyambut Bripka Heri. Ia kemudian menyalami para murid, diikuti oleh rombongan Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Polri yang turut hadir menyaksikan aktivitas Bripka Heri di pelosok Gunungkidul, DIY, Selasa.
Lima murid perempuan lantas kompak menari selamat datang. Disusul pembacaan puisi oleh seorang murid pria dan nyanyian lagu-lagu wajib nasional setelahnya. Bripka Heri dan rombongan Divpropam Polri tersenyum melihat unjuk kebolehan para murid.
Tepatnya di Dusun Krambil, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), TK Bumi Damai Indonesia berdiri dengan mengontrak di sebuah rumah warga.
Murid-murid yang bersekolah di tempat itu tidak dibebani biaya apa pun, mulai dari seragam hingga peralatan belajar disediakan secara cuma-cuma. Di bangunan yang dikelilingi pohon rindang itu, mereka bersekolah, bermain, dan bersenda gurau dengan gratis.
Panggilan hati
Adalah Bripka Heri, anggota Subbid Provos Bidpropam Polda DIY, sosok di balik sekolah yang mulai aktif beroperasi sejak 2020 tersebut. Bripka Heri menceritakan, pendirian TK Bumi Damai Indonesia berawal dari panggilan hati beberapa pihak.
Bermula dari warga sekitar Dusun Krambil yang meminta Bripka Heri mendirikan taman kanak-kanak di daerah mereka. Ketika itu, pria yang lahir pada 1987 tersebut tengah aktif blusukan membagikan sembako ke pelosok-pelosok Gunungkidul, daerah kelahirannya.
Mendapat permintaan itu, Bripka Heri kemudian menyurvei lokasi yang dimaksud warga. Dari sana, ia mendapati bahwa di sekitar Dusun Krambil memang tidak ada TK. Kalau pun ada, lokasinya jauh, sehingga anak-anak biasanya langsung masuk ke sekolah dasar (SD), tanpa mengenal pembelajaran awal di tingkat taman kanak-kanak.