Doha (ANTARA) - Sejak tahun 2004, Qatar mendirikan akademi untuk menggembleng prestasi olahraga mereka serta memoles bakat-bakat terbaik yang ada di negeri kecil seluas 11.581 kilometer persegi itu.
Lembaga itu dinamakan Aspire Academy yang dibentuk melalui Dekrit Emir No. 16 tahun 2004 di masa kepemimpinan Emir Hamad bin Khalifa Al-Thani, pendahulu Emir Tamim bin Hamad Al-Thani yang kini menjabat.
Meski bersifat independen, lembaga yang dibiayai dari kocek pemerintah Qatar itu harus melapor langsung kepada Emir Qatar, melalui Tamim bin Hamad Al-Thani yang saat itu masih berstatus putra mahkota.
Enam tahun setelah mendirikan Aspire Academy, Qatar diumumkan oleh Presiden FIFA Sepp Blatter sebagai pemenang pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2022 pada Desember 2010.
Aspire Academy terbukti punya peranan besar dalam membangun prestasi olahraga Qatar, bukan hanya untuk sepak bola, tetapi juga di beberapa cabang lainnya.
Qatar hanya butuh waktu 10 tahun untuk memetik buah dari upaya mereka mendirikan Aspire Academy, yakni lewat keberhasilan menjuarai Piala Asia U-19 2014 di Myanmar dengan tim yang sepenuhnya berisikan pemain-pemain jebolan akademi tersebut. Itu merupakan kali pertama Qatar bisa merasakan gelar juara sepak bola di tingkat Asia.
Lima tahun berselang, buah Aspire Academy kembail diperoleh Qatar ketika mereka berhasil mencetak sejarah baru mengangkat trofi Piala Asia pertama mereka di level senior dengan menjadi yang terbaik pada edisi 2019 di Uni Emirat Arab.
Aspire Academy adalah nafas utama dari dua kesuksesan itu. Sang juru taktik Felix Sanchez direkrut Qatar ke Aspire Academy dari Barcelona sejak 2006 dan dipercaya menangani timnas U-19 per 2013 dan level senior mulai 2017.
Spektrum - SSB diaspora Indonesia pemasok akademi atlet bergengsi Qatar
Oleh Gilang Galiartha Minggu, 4 Desember 2022 18:16 WIB