Ketika ditemui siang itu, Kepala Desa Ciputri Nia Novi Hertini tengah sibuk memberikan pengarahan. Ia mengumpulkan seluruh RT dan RW yang ada di desanya untuk berdiskusi dan berkoordinasi tentang pendistribusian bantuan gempa untuk warganya supaya merata, agar tidak ada lagi yang mengeluh dua hari tidak makan.
Kepala desa perempuan itu didampingi Aipda Koswawara, anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polsek Pacet, Sesan Dua (Serda) Acep Agung, anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa), serta Letda Inf Wetrianto dari Batalyon Infrantri (Yonif) Garuda 315 TNI AD.
Pertemuan warga itu lantaran Desa Ciputri sempat menjadi sorotan karena ada warga yang memviralkan di media sosial, sudah dua hari tidak makan, setelah diguncang gempa dan minim bantuan.
Di lapangan ditemukan, ada posko yang ‘gemuk’ bantuan, tapi di sebelahnya kekurangan bantuan, dan minim kepedulian, karena warga masih memikirkan kepentingan masing-masing.
Temuan lainnya, karena merasa tidak nyaman, ada warga yang keluar dari posko dan mendirikan posko mandiri dengan peralatan seadanya, dengan alasan khawatir isi rumah dijarah maling atau lebih mudah untuk ke MCK.
Letda Inf Wetrianto, dari Batalyon Infrantri (Yonif) Garuda 315 TNI AD, memastikan, bantuan sudah masuk ke Desa Ciputri, baik dari TNI, pemerintah, dan swasta. Tetapi bantuan itu tidak berlimpah, pihaknya juga berjibaku menggalang bantuan agar masuk ke Kampung Sarongge.
Ia menyayangkan sikap warga yang mementingkan diri sendiri, karena saat mengambil bantuan di Kodim 0608 Cianjur. Westrianto sempat bertemu dengan salah satu warga yang datang meminta bantuan. Namun, warga itu dilihatnya hanya membawa sepeda motor, sehingga bantuan tersebut diduga hanya untuk pribadi, bukan atas nama warga.
"Seandainya bapak itu membawa mobil, saya akan bantu mengirimkan banyak bantuan, kami isi kendaraanya dengan bantuan yang ada. Tapi ini dia bawa motor, jadi ini kan untuk pribadi namanya,” kata Wetrianto.