Cianjur (ANTARA) - Pemerintah Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menerapkan pola baru dalam pendistribusian bantuan kepada masyarakat terdampak gempa supaya lebih tepat sasaran.
Berdasarkan pantauan ANTARA di Posko Utama Sarongge Valley, pola baru tersebut ialah dengan menggunakan dua formulir untuk pengajuan bantuan dasar dan bantuan penunjang yang diperlukan warga di pengungsian.
Formulir tersebut wajib diisi oleh setiap RT dengan cap. Kemudian, untuk mengambil bantuan tersebut, warga wajib menggunakan tanda pengenal yang telah disiapkan oleh pemerintah desa.
"Jadi, yang boleh datang ke posko mengambil bantuan cuma yang pakai ID card ini," kata Kepala Desa Ciputri Nia Novi Hertini.
Penerapan skema baru pembagian bantuan itu dilakukan setelah sempat beredar video warga terdampak gempa bumi yang tidak mendapatkan bantuan. Sehingga, tujuan penggunaan tanda pengenal dan pengisian formulir tersebut adalah supaya tidak ada masyarakat yang mengeluh bantuan tidak sampai kepada mereka.
Nia mengakui sesaat setelah gempa bumi terjadi pada Senin (21/11), memang sempat terjadi kendala dalam pendistribusian bantuan. Ada warga yang mengunggah ke media sosial mengeluhkan tidak mendapatkan bantuan.
Menurut Nia, hal itu terjadi karena semua pihak belum siap, termasuk petugas desa dan relawan juga tak banyak yang masuk ke wilayah Sarongge.
Selain itu, lanjutnya, hampir semua warga Desa Ciputri terdampak gempa bumi. Sekitar 12 ribu jiwa di Desa Ciputri, yang terdiri atas 4.190 kepala keluarga, mengungsi. Nia mengaku juga ikut mengungsi karena rumahnya rusak terdampak gempa.
"Jadi, awal-awal setelah gempa itu memang kami belum siap. Mana semua sibuk dengan mengurus rumah masing-masing dan tak banyak bantuan yang datang," jelasnya.
Namun, kini pemerintah Desa Ciputri mulai fokus mencari bantuan dari mitra-mitra swasta, Pemerintah, TNI, dan Polri.
"Kuncinya ini komunikasi dan koordinasi," katanya.
Sebelumnya, warga terdampak gempa bumi sempat datang secara mandiri dan menyampaikan keluhan mereka, termasuk bantuan tidak terdistribusi secara tidak tertib. Warga mengeluhkan ada salah satu posko kelebihan bantuan, sedangkan di posko lain kekurangan bantuan.
Selain itu, banyak warga menyampaikan kebutuhan mereka secara individu, sehingga membuat pengurus desa dan relawan kesulitan mengakomodasi keinginan warga tersebut.
Oleh karena itu, dengan pola baru pendistribusian bantuan tersebut, ketua RT dan ketua RW di Desa Ciputri yang bertanggungjawab terhadap kebutuhan warga mereka melakukan pendataan. Selanjutnya, ketua RT dan ketua RW setempat dapat menjemput bantuan yang diambil sesuai dengan daftar pengajuan.
Komandan Peleton Yonif 315/Garuda Letda Inf. Wetrianto memastikan warga Desa Ciputri akan mendapatkan bantuan yang mencukupi meski jumlahnya terbatas. Keterbatasan itu terjadi karena tidak semua bantuan dan relawan bisa masuk ke wilayah Desa Ciputri.
"Tapi kami tetap mengupayakan bantuan masuk ke Desa Ciputri melalui danramil, bahkan menarik bantuan yang menumpuk di Cugenang," kata Wetrianto.
Dia mengimbau para pengurus RT dan RW bekerja mengakomodasi warga yang membutuhkan bantuan dengan mencatat daftar kebutuhan warga. Kemudian, daftar tersebut dapat diajukan dengan mengisi formulir yang disediakan pemerintah Desa Ciputri.
"Kami, TNI, siap membantu mendistribusikan ke posko-posko pengungsian warga," ujar Wetrianto.
Pantauan ANTARA di lapangan, Rabu, bersama Tim Polres Garut menuju Kampung Babakan Renyom, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, beberapa kali truk Polri tersebut terhenti karena harus terhambat material bangunan rumah warga yang ambruk ke arah jalan.
Jarak tempuh dari Jalan Raya Nagrak menuju Kampung Babakan Renyom harus ditempuh dengan waktu satu jam lebih.
Menurut Aiptu Dede Mulyana Buldan perwira Tim SAR Polres Garut, informasi yang mereka terima dari Bhabinkamtibmas wilayah setempat, jalan menuju lokasi dapat dilalui dengan truk.
"Makanya kami menggunakan truk, selain itu kapasitas muatan bantuan yang disalurkan jadi lebih besar," kata Buldan ditemui di lokasi.
Material bangunan rumah warga yang ambruk masih terlihat terbengkalai, di hari kedua setelah gempa ini warga masih fokus untuk mendirikan tenda-tenda pengungsian sementara, serta mencukupi kebutuhan logistik nya.
Personel Polres Garut membawa bantuan kemanusiaan dari Polri untuk disalurkan ke wilayah yang terdampak berat gempa, salah satunya Kampung Babakan Renyom.
Batuan yang disalurkan anggota Polres Garut berupa 1 ton beras, 70 dus mi instan, 20 dus vitamin, dua dus pampers, 40 dus air mineral, satu dus pasta gigi, serta 40 dus paket masker dan sanitizer.
Selain reruntuhan material bangunan yang ambruk, tantangan lainnya adalah ruas jalan yang retak dan longsor, sehingga kendaraan pengangkut logistik harus lebih berhati-hati melintas.
Tidak hanya itu, ruas jalan utama Jalan Raya Nagrak ukurannya hanya bisa dilalui dua kendaraan, sementara jalan itu terbilang padat karena jadi akses warga untuk keluar dari Cianjur menuju Puncak.
Sedangkan jalan menuju Kampung Babakan Renyom hanya bisa dilalui satu unit kendaraan besar saja. Bantuan tersebut disalurkan ke posko pengungsian warga di RT 02, RW 17 Babakan Rebyom.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Desa Ciputri terapkan pola baru distribusi bantuan gempa Cianjur