"MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan segera menuju ke lokasi untuk melakukan pengembangan, kegiatan dan respons. Sehingga kemudian semuanya berlangsung dengan seksama," ujar Ketua MDMC Budi Setiawan saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Gempa magnitudo 5,6 terjadi di Cianjur, Senin, pukul 13:21 WIB dengan kedalaman 10 km dan pusat gempa berada di darat, 10 km barat daya Kabupaten Cianjur.
Gempa ini terjadi sehari setelah dilaksanakan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Surakarta, Jawa Tengah 18-20 November 2022. Berdasarkan data BNPB hingga pukul 19.34 WIB, terdapat 62 korban meninggal dunia yang terdiri atas dewasa, lansia, dan anak-anak.
MDMC PP Muhammadiyah mengerahkan tim bantuan medis dari RS Muhammadiyah Bandung dan RSI Pondok Kopi, Jakarta Timur. Masing-masing rumah sakit terdiri atas lima personel, dengan rincian satu dokter, dua perawat, satu tenaga farmasi, dan satu logistik.
MDMC Jawa Barat mengerahkan personel untuk membantu relawan Muhammadiyah Kabupaten Cianjur. MDMC juga mendirikan Pos Koordinasi (Poskor) di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Cianjur.
Selain poskor, Pos Pelayanan (Posyan) juga akan didirikan di Islamic Centre Muhammadiyah Jl. Cilengsar No. 10 Cipanas.
"Untuk mendukung pergerakan relawan Muhammadiyah dalam menjalankan respons tanggap darurat, MDMC dibantu oleh Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (Lazismu), bergerak bersama dalam bingkai One Muhammadiyah One Response (OMOR)," kata dia.
62 meninggal
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban meninggal dunia akibat gempa Magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada pukul 12.31 WIB mengalami kenaikan menjadi 62 jiwa.
“Data terakhir Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB pada Senin (21/11) sampai dengan pukul 19.34 WIB mencatat 62 orang meninggal dunia,” kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Abdul menuturkan warga yang meninggal tersebar di Desa Rancagoong di Kecamatan Cilau, Desa Limbagansari di Kecamatan Cianjur, dan Kecamatan Cugenang.
Selain penambahan korban jiwa, 25 orang masih tertimbun runtuhan bangunan di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang. Sementara 79 orang lainnya luka-luka.
Adapun total warga mengungsi dilaporkan sebanyak 5.389 orang yang tersebar di beberapa titik.
Abdul turut melaporkan kerusakan infrastruktur di Kabupaten Cianjur, ada sebanyak 2.272 rumah rusak, satu unit pondok pesantren rusak berat, satu RSUD Cianjur rusak ringan, empat unit gedung pemerintah rusak, tiga unit sarana pendidikan rusak serta satu unit sarana ibadah rusak.
Kerusakan infrastruktur juga tercatat di Kabupaten Bogor yakni sebanyak 46 rumah rusak, Kabupaten Sukabumi 443 rumah rusak dan di Kota Sukabumi sebanyak 14 unit rumah rusak.
“Gempa juga menyebabkan longsor yang menutup jalan lintas provinsi di Kabupaten Cianjur,” katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, katanya, masih terus melakukan pendataan terkait jumlah korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.
Sementara untuk kebutuhan mendesak di lapangan yaitu 20 unit tenda, alat berat untuk evakuasi, 10 unit penerangan, 100 unit velbed dan bahan bakar minyak.
Ia mengimbau warga di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya untuk mengungsi apabila dirasa rumahnya masih belum aman dari bahaya gempa bumi, juga tetap waspada adanya potensi gempa susulan.
“Kami mohon pada para warga untuk mengikuti dan mendapatkan informasi dari kanal resmi BNPB, BMKG, BPBD dan pemerintah daerah setempat. Karena gempa susulan masih dirasakan di lapangan meski dengan kekuatan lebih kecil dari gempa sebelumnya,” kata Abdul.
Sebelumnya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto melaporkan 17 warga Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meninggal akibat gempa magnitudo (M) 5,6 yang terjadi di darat pada Senin.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Muhammadiyah terjunkan tim medis bantu korban gempa Cianjur