Chicago (ANTARA) - Emas berjangka sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi), berbalik menguat dari penurunan sesi sebelumnya, tetapi beberapa penguatan dalam dolar AS melemahkan permintaan terhadap logam mulia sehingga menahan kenaikan lebih lanjut.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terkerek 2,1 dolar AS atau 0,12 persen menjadi ditutup pada 1.810,90 dolar AS per ounce. Di pasar spot, emas turun 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.806,97 dolar AS per ounce pada pukul 19.27 GMT.
Baca juga: Harga emas datar di Asia karena dolar dan imbal hasil obligasi AS stabil
Sehari sebelumnya, Senin (27/12/2021), emas berjangka tergelincir 2,9 dolar AS atau 0,16 persen menjadi 1.808,80 dolar AS, setelah naik 9,5 dolar AS atau 0,53 persen menjadi 1.811,70 dolar AS pada Kamis (23/12/2021), dan terangkat 13,5 dolar AS atau 0,75 persen menjadi 1.802,20 dolar AS pada Rabu (22/12/2021).
Pasar AS ditutup pada Jumat (24/12/2021) untuk liburan perayaan Natal.
Membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, indeks dolar naik 0,1 persen terhadap para pesaingnya di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve AS dapat menaikkan suku bunga pada awal Maret untuk melawan kenaikan inflasi.
Kurangnya kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan meningkatnya tekanan inflasi merupakan faktor pendukung pasar emas, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Baca juga: Harga emas berjangka tergelincir 2,9 dolar terseret penguatan "greenback"
"Tren yang sedang berlangsung (untuk emas) tetap bergerak menyamping ke lebih tinggi dalam waktu dekat, dan kami percaya bahwa tren ini berasal dari kelanjutan tekanan inflasi yang kami perkirakan akan terjadi di pasar."
Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi, tetapi emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, karena meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tak memberikan suku bunga.
Sementara itu harga emas diperkirakan akan tetap berada di sekitar level saat ini awal tahun depan, kenaikan suku bunga AS dan penurunan inflasi dapat menekan harga, kata analis UBS Giovanni Staunovo, memperkirakan logam tersebut akan berakhir 2022 di sekitar 1.650 dolar AS per ounce.
Sementara itu, reli di pasar ekuitas kehilangan kekuatannya karena investor mengamati gangguan perjalanan yang didorong oleh Omicron dan penutupan toko-toko.
Analis pasar berpendapat bahwa prospek logam mulia akan terganggu karena Federal Reserve bergerak cepat untuk mengatasi inflasi dengan menaikkan suku bunga lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Federal Reserve dalam pertemuan terakhir sebelumnya pada Desember memproyeksikan untuk menaikkan suku bunga acuan tiga kali pada tahun 2022, ketika bank sentral menghentikan program pembelian obligasinya, dalam upaya untuk memperlambat inflasi.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 13,2 sen atau 0,57 persen, menjadi ditutup pada 23,121 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 8,8 dolar AS atau 0,91 persen, menjadi ditutup pada 979,8 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas naik, imbal hasil obligasi AS yang lemah imbangi penguatan dolar
Harga emas berjangka terkerek 2,1 dolar, meski "greenback" menguat
Rabu, 29 Desember 2021 5:57 WIB