Jakarta (ANTARA) - Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan dr. Erna Mulati mengatakan bahwa pelaksanaan female genital mutilation (FGM) atau sunat perempuan tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi kaum perempuan.
"(FGM, red.) itu enggak ada manfaatnya ya bahkan sangat merugikan ya," kata dia dalam Webinar Series Pencegahan Pelukaan dan Pemotongan Genitalia Perempuan (P2GP) dengan tema "P2GP dari Perspektif Kesehatan" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Hal yang perlu diketahui seputar sunat, metode dan kontrol setelahnya
Kementerian Kesehatan tidak merekomendasikan sunat pada perempuan.
"Kementerian Kesehatan tidak merekomendasikan perempuan untuk disunat bahkan dilarang karena kalau di bidang kesehatan itu harus berbasis pada indikasi medis," katanya.
Erna menuturkan FGM dapat dilakukan bila ada indikasi medis tertentu sehingga pelaksanaan FGM dapat memberikan manfaat kesehatan.
Pihaknya memaparkan ada dampak jangka pendek dan jangka panjang setelah dilakukan FGM.
Baca juga: Sunat dewasa kurangi risiko tertular penyakit menular, kata dr Boyke
Dampak jangka pendek di antaranya terjadi perdarahan.
"Kalau (perdarahan, red.) tidak ditangani segera, bukan tidak mungkin nanti bisa terjadi perdarahan yang hebat," katanya.
Selain itu, ada rasa nyeri berlebihan yang memungkinkan perempuan pingsan serta bisa terjadi syok karena perdarahan yang dialami.
Dampak lainnya terjadinya infeksi saluran kencing.
"Bisa terjadi infeksi saluran kencing. Saluran kencing ini kalau tidak ditangani dengan baik, nanti sifatnya bisa kronis. Kalau sifatnya kronis tentu memberikan dampak yang cukup signifikan," tuturnya.
Kemungkinan selanjutnya tidak bisa merasakan kebahagiaan saat berhubungan suami istri.
Tak hanya itu, katanya, perempuan yang disunat dapat mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan.
Baca juga: Dokter RSUI pastikan sunatan tetap bisa dilakukan saat pandemi COVID-19
Kemenkes sebut sunat perempuan rugikan perempuan
Kamis, 16 Desember 2021 17:25 WIB