Holding BUMN ingin menjadi pemain global baterai listrik 2025
Senin, 1 Februari 2021 19:18 WIB
Jakarta (ANTARA) - Empat BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Holding (IBH) menargetkan bisa menjadi pemain global industri baterai kendaraan listrik pada 2025.
Keempat BUMN itu yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
"BUMN memiliki ambisi besar untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik pada 2025 menjadi, pertama, pemain global material produk hulu atau nikel sulfat," kata Ketua Tim Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery Agus Tjahajana dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin.
Untuk bisa menjadi pemain global produk nikel sulfat, target produksi olahan mineral itu dipatok sebanyak 50 ribu ton hingga 100 ribu ton per tahun guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Kedua, BUMN itu ingin menjadi pemain global untuk produk antara (katoda) baterai dengan target produksi prekursor sampai dengan katoda sebesar 120 ribu hingga 240 ribu ton per tahun. Produksi produk tersebut akan digunakan utamanya untuk industri dalam negeri dan ekspor.
"Ketiga, menjadi pemain hilir regional dan domestik di EV battery sehingga bisa menggerakkan jadi pusat manufacturing kendaraan berbasis EV di Asia Tenggara," kata Agus yang juga merupakan Komisaris Utama MIND ID.
Agus menjelaskan potensi jika Indonesia menjadi pemain global baterai kendaraan listrik yang bisa menghasilkan 26 miliar dolar AS pada 2030.
Selain itu, diproyeksi ada penyerapan sekitar 23.500 tenaga kerja Indonesia dari pengembangan industri baterai kendaraan listrik dari hulu sampai hilir. Ia juga mencatat ada peningkatan neraca perdagangan hingga sekitar 9 miliar dolar AS dengan pengembangan industri tersebut.
"Potensi dampak dari ekosistem baterai EV bila Indonesia jadi pemain global akan menghasilkan sekitar 26 miliar dolar AS pada 2030 dengan asumsi kapasitas produksi 140 GWh. Tenaga kerja juga bisa dibangkitkan sekitar 23.500 orang dengan peningkatan neraca perdagangan sekitar 9 miliar dolar AS," pungkas Agus.
Baca juga: Investasi industri baterai mobil listrik diproyeksi bisa Rp238 triliun
Baca juga: Presiden: Pemerintah fokus ke industri hilir nikel dalam 5 tahun ke depan
Baca juga: Proyek baterai kendaraan listrik senilai Rp142 triliun segera dimulai
Keempat BUMN itu yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
"BUMN memiliki ambisi besar untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik pada 2025 menjadi, pertama, pemain global material produk hulu atau nikel sulfat," kata Ketua Tim Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery Agus Tjahajana dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin.
Untuk bisa menjadi pemain global produk nikel sulfat, target produksi olahan mineral itu dipatok sebanyak 50 ribu ton hingga 100 ribu ton per tahun guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Kedua, BUMN itu ingin menjadi pemain global untuk produk antara (katoda) baterai dengan target produksi prekursor sampai dengan katoda sebesar 120 ribu hingga 240 ribu ton per tahun. Produksi produk tersebut akan digunakan utamanya untuk industri dalam negeri dan ekspor.
"Ketiga, menjadi pemain hilir regional dan domestik di EV battery sehingga bisa menggerakkan jadi pusat manufacturing kendaraan berbasis EV di Asia Tenggara," kata Agus yang juga merupakan Komisaris Utama MIND ID.
Agus menjelaskan potensi jika Indonesia menjadi pemain global baterai kendaraan listrik yang bisa menghasilkan 26 miliar dolar AS pada 2030.
Selain itu, diproyeksi ada penyerapan sekitar 23.500 tenaga kerja Indonesia dari pengembangan industri baterai kendaraan listrik dari hulu sampai hilir. Ia juga mencatat ada peningkatan neraca perdagangan hingga sekitar 9 miliar dolar AS dengan pengembangan industri tersebut.
"Potensi dampak dari ekosistem baterai EV bila Indonesia jadi pemain global akan menghasilkan sekitar 26 miliar dolar AS pada 2030 dengan asumsi kapasitas produksi 140 GWh. Tenaga kerja juga bisa dibangkitkan sekitar 23.500 orang dengan peningkatan neraca perdagangan sekitar 9 miliar dolar AS," pungkas Agus.
Baca juga: Investasi industri baterai mobil listrik diproyeksi bisa Rp238 triliun
Baca juga: Presiden: Pemerintah fokus ke industri hilir nikel dalam 5 tahun ke depan
Baca juga: Proyek baterai kendaraan listrik senilai Rp142 triliun segera dimulai