Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah di tengah naiknya minat terhadap aset berisiko atau risk appetite di pasar keuangan global.
Rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp13.915 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.895 per dolar AS.
"Dolar AS masih akan terus melemah oleh naiknya "risk appetite" serta stimulus AS," kata analis Asia Valbury Futures Lukman Leong di Jakarta, Selasa.
Investor tengah mengamati pemilihan putaran kedua pada Selasa waktu setempat di negara bagian Georgia, yang akan memutuskan partai mana yang mengendalikan Senat AS.
Jika Demokrat dari Presiden terpilih Joe Biden menguasai kedua majelis Kongres AS, pemerintahannya akan merasa lebih mudah untuk mendorong kebijakan seperti mengatur ulang perpajakan untuk meningkatkan stimulus dan pengeluaran infrastruktur.
"Rupiah secara teknikal maupun fundamental masih bisa menguat lebih lanjut di bawah Rp14.000," ujar Lukman.
Ia menambahkan, penyebaran COVID-19 dan munculnya varian baru virus corona berpotensi menjadi isu yang menahan penguatan rupiah, meski sentimen pemulihan ekonomi pada 2021 lebih dominan.
"Penguatan rupiah bisa tertahan, namun sentimen pasar lebih kuat saat ini yaitu terkait harapan akan perbaikan dan pemulihan tahun ini," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp13.900 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp13.925 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp13.945 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp13.903 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah dibuka melemah dibayangi sentimen penyebaran COVID-19
Baca juga: Kurs rupiah Selasa pagi melemah 10 poin
Baca juga: Kurs rupiah awal tahun ditutup menguat tembus level psikologis Rp14.000
Kurs rupiah ditutup melemah di tengah naiknya "risk appetite"
Selasa, 5 Januari 2021 17:55 WIB