Jakarta (ANTARA) - Bertepatan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 1 Desember, pemenuhan nutrisi menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan terutama pada orang dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, nutrisi yang tercukupi bisa membantu memperlambat pengembangan HIV menjadi AIDS atau kondisi stadium 3 HIV sekaligus meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pada mereka dengan HIV, sistem imun bekerja lebih keras melawan infeksi yang menyerang mereka dan inilah yang terkadang membuat mereka membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi dari makanan. Lalu diet atau pola makan seperti apa yang harus mereka terapkan?
Laman Medical News Today mencatat, diet banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian; lalu sumber protein tanpa lemak, seperti ikan, unggas, atau kacang-kacangan, lemak yang menyehatkan, seperti yang berasal dari kacang-kacangan, minyak zaitun, atau alpukat dan batasi makanan yang diproses atau tinggi gula atau garam.
Namun, seringkali ada masalah dalam pemenuhan nutrisi ini, antara lain karena obat yang diminum bisa mengurangi nafsu makan, ada gejala seperti mual dan muntah membuat sulit makan dan kelelahan serta depresi. Belum lagi jika ada diare, yang membuat nutrisi makanan tak sempat dicerna tubuh.
Akibatnya, mereka dengan HIV bisa memiliki bobot tubuh yang turun. Menurut WHO, untuk membantu mengembalikan berat tubuh yang hilang (sehingga bobot tubuh menjadi sehat), mereka dengan HIV bisa lebih banyak mengonsumsi makanan pokok seperti beras, jagung, gandum, roti, kentang, ubi jalar, ubi jalar dan pisang.
Mereka juga perlu memperbanyak asupan kacang-kacangan, produk kedelai, daging-dagingan termasuk ayam, ikan, telur, hati sesering mungkin, lalu buah-buahan,yogurt dan camilan seperti keripik singkong dan sandwich.
Selain itu, sebaiknya secara perlahan tingkatkan asupan lemak misalnya lebih banyak mengonsumsi kacang tanah, kedelai, wijen, alpukat dan daging berlemak.
Jika dalam pemenuhannya ternyata menyebabkan diare maka kurangi asupan lemak sampai gejala berakhir dan secara bertahap tingkatkan jumlah asupan sampai pada tingkat tubuh bisa mentolerirnya.
Asupan lainnya yang dibutuhkan yakni lebih banyak produk susu seperti susu full-cream. Tetapi bagi yang sulit mencernanya sebaiknya tidak usah mengonsumsi produk susu terutama jika ditambah ada gejala kram dan ruam kulit. Penambahan madu, sirup atau produk pemanis pada makanan juga bisa dilakukan.
"Sangat penting untuk mencoba makan, meskipun Anda mungkin merasa tidak enak makan, untuk menghindari penurunan berat badan," kata WHO.
Jika nafsu makan buruk terus berlanjut atau penderita sedang mengalami sakit tertentu bisa mencoba makanan ringan sebagai selingan makanan utama, setidaknya sebanyak tiga kali.
Pada mereka yang terkena diare, dianjurkan minum air lebih dari delapan gelas per hari, mengonsumsi sup, jus buah yang diencerkan dengan air atau larutan rehidrasi oral.
Mereka juga bisa mengonsumsi makanan lembut, termasuk sayuran lunak dan untuk mengganti mineral yang hilang cobalah pisang, mangga, pepaya, semangka, labu, labu, kentang dan
wortel dalam porsi kecil namun sering.
Sebaiknya hindari dulu sejumlah makanan atau minuman yang bisa memperburuk diare seperti makanan mengandung lemak, susu yang terkadang tidak dapat ditoleransi tubuh, minuman berkafein seperti kopi dan teh karena bisa memperburuk dehidrasi serta makanan yang sangat pedas.
Olahraga dan herbal
Selain nutrisi, berolahraga rutin juga dianjurkan para pakar kesehatan untuk meningkatkan fungsi imun tubuh, merangsang nafsu makan dan meningkatkan kesehatan mental.
Orang dengan HIV biasanya dapat melakukan jenis olahraga yang sama dengan orang sehat seperti berjalan, berlari, berenang hingga berdansa jika memungkinkan. Namun, sebelum mencoba aktivitas baru, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui batas kemampuan.
Di sisi lain, tubuh membutuhkan istirahat ekstra. Jadi, WHO merekomendasikan orang dengan HIV bisa tidur selama delapan jam setiap malam dan sebaiknya segera beristirahat saat merasa lelah.
Cobalah untuk tidak terlalu khawatir dan stres karena kondisi ini bisa merusak sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, luangkan waktu untuk bersantai dengan orang terkasih seperti keluarga atau teman, lakukan hal-hal yang disukai seperti mendengarkan musik atau membaca buku, bersikap baik kepada diri sendiri.
Sebaiknya, hindari merokok karena bisa merusak paru-paru dan banyak bagian tubuh lainnya dan mempermudah infeksi menyerang tubuh, juga obat-obatan yang tidak perlu.
Bagaimana dengan herbal atau obat tradisional? Menurut WHO obat tradisional tertentu dapat membantu mengobati banyak gejala infeksi namun perlu berkonsultasi dulu dengan dokter.
Herbal dan rempah-rempah sendiri diketahui bisa membantu merangsang nafsu makan, namun harus digunakan dalam jumlah sedang karena penggunaan berlebihan justru dapat menyebabkan masalah dan memiliki efek toksik.
Tanaman lidah buaya misalnya, bisa membantu mengatasi sembelit lalu camomile untuk membantu pencernaan, kayu manis untuk mengatasi pilek dan merangsang nafsu makan.
Selain itu, ada bawang putih yang memiliki sifat antibakteri, antivirus, membantu pencernaan; jahe untuk membantu memberi energi, meredakan diare dan merangsang nafsu makan, mengatasi mual; serta lemon yang bersifat antibakteri dan membantu pencernaan.
Baca juga: Obat HIV ternyata tidak miliki khasiat untuk pasien COVID-19
Baca juga: Dinkes Cianjur imbau ibu rumah tangga rutin lakukan tes deteksi HIV
Baca juga: Kesadaran tes HIV kalangan homoseksual cukup tinggi, kata KPA Karawang
Hari AIDS Sedunia, cukupi nutrisi agar HIV tidak berkembang jadi AIDS
Selasa, 1 Desember 2020 9:24 WIB