Jakarta (ANTARA) - Dokter paru mengatakan perokok memiliki risiko terjangkiti COVID-19 dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
"Salah satunya karena reseptornya lebih banyak," kata spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K) dalam konferensi pers bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bahwa terlepas dengan pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, asap rokok sendiri telah memberikan banyak dampak terhadap kesehatan manusia, baik dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang.
Dampak jangka pendek asap rokok dapat menurunkan sel-sel imun dan sel-sel pertahanan pada saluran napas sehingga saluran napasnya rentan terkena iritasi dan mudah dimasuki kuman sehingga mudah terinfeksi dan menimbulkan gejala seperti ISPA dan batuk berulang.
Sementara itu, dampak jangka panjang asap rokok dapat menimbulkan masalah adiksi sehingga sulit dihentikan dan dampak kesehatan seperti kanker, hipertensi, stroke, jantung dan lain-lain.
Kemudian, terkait dengan pandemi COVID-19 saat ini, ia mengatakan bahwa asap rokok ternyata menimbulkan kerentanan lebih besar bagi perokok terhadap kemungkinan terinfeksi penyakit berbahaya tersebut.
Baca juga: Guru besar FK-UGM bantah klaim merokok bisa cegah COVID-19
"Rokok kaitannya dengan COVID-19, dari segi imunitas saluran napas itu sudah terganggu. Kemudian ada lagi penelitian menyebutkan bahwa reseptor ACE2, yaitu reseptor yang normal ada di dalam tubuh kita dan jumlahnya lebih banyak pada perokok, ternyata reseptor inilah salah satu tempat menempelnya virus COVID-19," kata Feni.
"Artinya bahwa orang yang merokok, dibandingkan orang yang tidak merokok, dia punya reseptor ACE2 yang lebih banyak, yang artinya dia menyediakan tempat yang lebih banyak untuk virus COVID-19 masuk ke dalam tubuhnya," kata dia lebih lanjut.
Itu berarti bahwa orang yang terbiasa merokok secara otomatis akan memperbanyak reseptor ACE2 di dalam tubuhnya sehingga memperbesar kemungkinan untuk terkena COVID-19 karena reseptor tersebut menjadi salah satu tempat menempelnya virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19.
Untuk itu, ia berharap kepada seluruh masyarakat untuk menjadikan masa pandemi ini sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran atas bahaya rokok dan mulai berhenti merokok agar terhindar dari risiko yang lebih besar terkena COVID-19.
Baca juga: Pegiat: Kondisi Siswa Perokok di Bandung Mengkhawatirkan
Baca juga: Menkes ingatkan guru di sekolah tidak boleh merokok