Jakarta (ANTARA) - Obat "warung" yang dijual murah dan gampang ditemukan, dexamethasone, disebut-sebut ampuh menyembuhkan pasien COVID-19, REUTERS dikutip Rabu.
Hasil penelitian yang diumumkan Selasa (16/6) menunjukkan bahwa dexamethasone mampu mengurangi rerata kematian hingga sepertiga pada pasien COVID-19 parah yang masuk rumah sakit. Para ilmuwan menyebutnya "terobosan besar".
Apakah dexamethasone?
Dexamethasone adalah obat yang biasa digunakan untuk mengurangi inflamasi di sejumlah penyakit seperti radang sendi.
"Dexamethasone obat murah, ada di mana-mana dan bisa langsung digunakan untuk menyelamatkan nyawa orang-orang di seluruh dunia dengan segera," kata Peter Horby, pemimpin studi di Universitas Oxford.
Baca juga: Obat darah tinggi diduga bantu tekan angka kematian COVID-19
Dexamethasone adalah obat steroid yang biasanya digunakan untuk mengurangi peradangan. Menurut NHS, "tablet steroid, juga disebut tablet kortikosteroid, adalah jenis obat anti-inflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi. Mereka dapat digunakan untuk mengobati masalah seperti alergi, asma, eksim, penyakit radang usus dan radang sendi."
Obat steroid mengurangi peradangan, yang terkadang berkembang pada pasien COVID-19 ketika sistem kekebalan bereaksi berlebihan untuk melawan infeksi.
Reaksi berlebihan ini dapat berakibat fatal, sehingga dokter telah menguji steroid dan obat antiinflamasi lainnya pada pasien tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar tidak menggunakan steroid lebih awal dalam perjalanan penyakit karena mereka dapat memperlambat waktu sampai pasien membersihkan virus.
Secara signifikan, dexamethasone juga "obat pertama yang ditunjukkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada COVID-19".
Baca juga: Kuba nyatakan dua obat COVID-19 buatannya ampuh tekan angka kematian
"Ini adalah hasil yang sangat disambut baik. Manfaat bertahan hidup jelas dan besar pada pasien yang cukup sakit untuk memerlukan perawatan oksigen, jadi dexamethasone sekarang harus menjadi standar perawatan pada pasien ini," kata Horby.
Kementerian Kesehatan Inggris menyetujui penggunaan obat ini.
Sebelumnya, para peneliti dari Universitas Oxford memberikan dexamethasone kepada lebih dari 2.000 pasien COVID-19 yang sakit parah dalam sebuah uji coba klinis bernama RECOVERY (evaluasi acak pengobatan COVID-19) untuk mengetes potensi pengobatan COVID-19 termasuk menggunakan dexamethasone dosis rendah.
Hasilnya, dexamethasone yang diberikan secara oral dan lewat infus selama 28 hari mampu mengurangi risiko kematian hingga 35 persen pada pasien dengan bantuan ventilator.
Obat ini juga mampu mengurangi kematian hingga 20 persen pada pasien yang butuh asupan oksigen. Namun tampaknya tidak membantu pasien yang sakitnya tidak terlalu parah.
Baca juga: LIPI kembangkan obat dan alat uji corona hingga solusi untuk UMKM