Bandung (ANTARA) - Sebuah hotel di Jalan Hegarmanah Kota Bandung dan sebuah rumah sakit di Kota Bandung akan diubah menjadi rumah sakit rujukan tambahan apabila kondisi wabah virus corona atau COVID-19 sudah tidak dapat tertampung lagi di semua rumah sakit rujukan infeksi di Jawa Barat.
"Saya laporkan satu rumah sakit di Jalan Soekarno-Hatta, belum beroperasi, mau didonasikan jadi rumah sakit COVID-19, Rumah Sakit Edelweiss namanya. Lalu ada satu hotel, Serela di daerah Hegarmanah, itu akan didonasikan juga untuk dijadikan rute terkhir emergency kalau kamar rumah sakit kurang," kata Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil, seusai peluncurkan aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (PIKOBAR) di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Dia mengatakan selama ini ada delapan rumah sakit rujukan pasien COVID-19 di Jawa Barat, di antaranya Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung, RSTP Rotinsulu Bandung, Rumah Sakit Dustira Cimahi, Rumah Sakit Umum Dr Slamet Garut, RSU Gunung Jati Cirebon, Rumah Sakit Umum R Syamsyudin Sukabumi, RSUD Indramayu, dan RSUD Subang.
Sementara itu Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung, Nina Susana Dewi menambahkan pihaknya sudah mempersiapkan tiga skenario dalam mengantisipasi penyebaran virus corona COVID-19 di Jawa Barat.
RSHS Bandung, kata dia, juga sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan juga pemerintah pusat untuk bersiap menambah kapasitas penanganan pasien virus corona jika jumlahnya semakin bertambah.
"Dan berbicara mengenai pernyataan Pak Gubernur Jabar tentang rencana RSHS menjadi rumah sakit COVID-19, kami dari direksi sudah membahasnya. Recana ini timbul karena kasus COVID-19 terus meningkat, angka kematian juga di Indonesia di atas tiga persen," kata Nina.
Nina mengatakan skenario pertama ialah penyiapan tempat tidur perawatan pasien COVID-19 sampai 29 unit dan selama ini di lantai satu Ruang Isolasi Infeksi Khusus Kemuning (RIKK) ada lima ruang isolasi khusus yang selama ini dipakai pasien virus corona dan 24 kamar lainnya untuk pasien tuberculosis atau TBC.
"Untuk skenario satu itu sedang on-progres, kami menggeser semua ruang isolasi TBC (dijadikan isolasi pasien virus corona), sehingga kami sudah ada 17 ruangan lagi, 12 ruangan masih dipakai pasien TBC. Skenario satu, dengan kerja sama alih rawat, 12 pasien ini dialihrawat keluar RSHS agar bisa jadi isolasi COVID-19," katanya.
Nina mengatakan rencana penggeseran ruang perawatan TBC masih dalam pembicaraan direksi dan pihak lain yang akan menampung 12 pasien TBC tersebut.
Apabila 29 ruang ini terpakai semua, kata Nina, maka pihaknya akan menggunakan keseluruhan Gedung Kemuning yang terdiri atas enam lantai dan 252 tempat tidur khusus untuk pasien Covid-19.
"Lalu di skenario kedua, kami rencananya mengalihkan ruang rawat di Gedung Kemuning khusus untuk COVID-19, tapi tentu tidak semudah itu," kata dia.
"Harus ada komitmen semua instansi, dari pemerintah pusat dan di bawahnya, untuk tanggulangi sama-sama. Kami juga butuh anggaran dan sarana sesuai mutu standar, kami mau tujuan keselamatan pasien dan karyawan tetap dilindungi, tidak tertular," lanjut dia.
Baca juga: FKUI: Kelompok pasien yang miliki penyakit penyerta dominasi kematian COVID-19
Baca juga: Ini aplikasi pusat informasi koordinasi corona ala Jabar