Jakarta (ANTARA) - Pusat Informasi Terpadu 2019 n-CoV yang dikelola Kantor Staf Presiden (KSP) mencermati maraknya informasi hoaks terkait virus corona yang muncul selama sepekan terakhir.
"Kemenkominfo menemukan sejumlah informasi bohong terkait virus Novel Corona dalam sepekan terakhir. Salah satunya kabar yang menyebut virus corona untuk memusnahkan etnis Uighur, tapi malah bocor di Wuhan. Publik agar tidak panik dengan kabar palsu tersebut," ujar Plt. Deputi IV KSP Bidang Informasi dan Komunikasi Politik Juri Ardiantoro dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu.
Juri mengimbau masyarakat untuk selalu merujuk pada data resmi yang dihimpun Pusat Informasi Terpadu 2019 n-CoV Kantor Staf Presiden (KSP) yang merupakan pusat informasi terpadu resmi pemerintah terkait penanganan virus corona.
Juri menekankan pemantauan yang dilakukan KSP sejauh ini mencatat tidak ada bukti kuat yang mendukung dugaan bahwa virus corona adalah senjata biologis China yang bocor. Terlebih, dikaitkan dengan klaim bahwa senjata itu ditujukan untuk etnis Uighur.
“Pusat Informasi Terpadu yang ada di KSP bisa menjadi rujukan bagi warga agar tidak termakan hoaks soal corona,” ujar Juri.
Hoaks lain yakni terkait unggahan di media sosial yang menyebutkan adanya anak buah kapal (ABK) dari kapal tanker asal Hongkong yang positif terkena virus corona, di mana kapal itu disebut tengah berlabuh di Dermaga PT Pelindo I cabang Kota Dumai.
Faktanya, kata Juri, informasi itu salah. Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi KKP Kota Dumai, Suprapto telah menegaskan kabar itu bersifat hoaks alias bohong.
Kabar bohong selanjutnya adalah sebuah artikel yang menyebut Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyerukan agar China diisolasi karena virus corona.
Dalam artikel itu disebutkan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta semua negara tidak membiarkan warganya melakukan perjalanan ke China, termasuk untuk urusan dagang.
"Lagi-lagi kabar itu adalah bohong," ujar Juri.
Dia menegaskan hasil penelusuran Kemenkominfo dan PIT-KSP menunjukkan berita asli dari informasi tersebut diambil dari media Reuters.com dengan judul "WHO declares China virus outbreak an international emergency".
Dalam berita tersebut tidak ditemukan pernyataan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus yang meminta negara-negara di dunia untuk mengisolasi China.
Sebaliknya, WHO menyatakan bahwa mereka tidak merekomendasikan adanya pembatasan perjalanan ataupun perdagangan dengan China.
Adapun sejumlah kabar bohong lain yang dicermati KSP antara lain video di media Facebook tentang video kunjungan Presiden China Xi Jinping dalam sebuah masjid tengah meminta doa kepada umat Muslim, yang ternyata merupakan video lawas.
Kemudian hoaks mengenai 1.000 orang tim medis Jepang yang tiba di Wuhan yang sudah dibantah Jepang, serta video dengan narasi penguburan babi dan unggas yang masih hidup yang faktanya merupakan video lama saat terjadinya wabah flu babi Afrika.
Selain itu hoaks postingan foto di media sosial dengan narasi menyebut bahwa seorang ilmuwan di John Hopkins Center for Health Security menyatakan virus corona bisa membunuh 65 juta jiwa dalam 18 bulan apabila berhasil mencapai skala pandemi.
Faktanya, Johns Hopkins Center for Health Security meluruskan pernyataannya bahwa simulasi yang dilakukan ilmuwan dalam ajang Event 201 tidak ada kaitannya dengan wabah Virus Corona 2019-nCoV yang sedang terjadi. Adapun virus corona yang digunakan dalam simulasi tersebut adalah fiksi dan hasilnya bukanlah prediksi.
Juri menyampaikan Pusat Informasi Terpadu KSP mencatat setidaknya ditemukan 54 berita bohong terkait penyebaran 2019-nCoV.
Dengan adanya informasi yang menyesatkan tersebut KSP mengajak seluruh masyarakat mempercayai informasi yang disebar Pusat Informasi Terpadu secara rutin setiap harinya. Informasi tersebut bisa diakses melalui situs http://ksp.go.id/waspada-corona/.
Baca juga: Atalia Kamil ajak pelajar di Jabar tangkal hoaks tentang virus corona
Baca juga: Dekan FKUI: Jangan percaya 10 mitos virus corona ini