Cianjur (ANTARA) - Petani di sembilan desa di Kecamatan Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, kembali dapat garap lahan pertanian setelah Pemkab Cianjur membangun saluran irigasi sementara.
"Aliran air yang sempat tidak normal karena jebolnya irigasi, sudah bisa kembali mengalir ke sawah dan sungai di pemukiman warga setelah dilakukan penyodetan," kata Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman pada wartawan di Cianjur, Senin.
Sejak masuknya musim kemarau irigasi permanen Sungai Cikondang yang selama ini mengairi sawah petani jebol, sehingga menyebabkan ratusan hektare area pesawahan tidak dapat ditanami.
Baca juga: Seribuan hektare lahan sawah di Cianjur terancam gagal panen
Hal tersebut diperparah dengan masuknya musim kemarau, sehingga petani di wilayah tersebut mengalami puso karena padi yang sedang berkembang mati akibat kekurangan air.
Ia menjelaskan, untuk melakukan penyodetan sepanjang 50 meter dengan lebar empat meter, menghabiskan biaya sebesar Rp 500 juta untuk pengadaan bronjong, batu dan penggunaan alat berat.
"Setelah beberapa pekan melakukan pekerjaan dibantu warga, penyodetan akhirnya tuntas dan saluran irigasi sudah berfungsi untuk mengalirkan air ke sembilan desa," katanya.
Ia menilai debit air dari sodetan tersebut cukup untuk mengairi lahan pesawahan di sembilan desa yang mengalami kekeringan, meskipun tidak akan normal seperti sebelum musim kemarau dan jebolnya irigasi.
"Nanti akan dilakukan sistem buka tutup supaya wilayah yang terdampak dapat teraliri air. Setidaknya keberadaan sodetan ini, dapat meminimalisir kekeringan yang sejak beberapa bulan terakhir melanda sembilan desa," katanya.
Untuk jangka panjang pihaknya mendorong Pemprov Jabar, segera memperbaiki jaringan irigasi yang jebol agar air sungai dapat kembali mengairi pesawahan secara normal.
Camat Cibeber, Ali Akbar, mengatakan informasi dari petugas PSDA Provinsi Jabar, sodetan tersebut hanya mampu mengairi 27 persen dari lahan yang terdampak kekeringan, sehingga pengaturan air perlu dilakukan agar cukup mengairi lahan lebih luas dan merata.
Saluran irigasi tersebut selama ini, secara normal dapat mengairi sedikitnya 1.007 hektare lahan pertanian di sembilan desa di Kecamatan Cibeber. Namun sambil menunggu perbaikan, Pemkab membangun saluran irigasi sementara.
"Kalau menunggu hingga pembangunan irigasi dilakukan pemprov tahun 2021, Cianjur terancam kehilangan puluhan ribu ton padi dengan kerugian lebih dari Rp80 miliar. Itu kerugian hasil dari perhitungan kasar dinas terkait," katanya.
Cibeber tutur dia, merupakan salah satu lumbung padi dengan tingkat produksi yang tinggi, sehingga akan sangat berpengaruh pada produksi tingkat kabupaten.