Bandung (Antaranews Jabar) - Cosplay (permainan kostum) berpakaian dan merias wajahnya seperti tokoh anime sudah biasa dijumpai namun sejumlah anak muda yang tergabung dalam Comjurig Cosplay menyuguhkan tampilan cosplay berbeda yakni dengan berpenampilan menyerupai hantu-hantu lokal seperti Pocong, Kuntilanak hingga Suster Ngesot.
Salah seorang anggota Comjurig Cosplay Dede (25), Selasa, menuturkan ia dan rekannya di Comjurig Cosplay biasanya "menampakkan diri" di sekitar kawasan Jalan Asia Afrika Kota Bandung.
Comjurig Cosplay sendiri berdiri sejak tahun 2015 atau ketika kawasan seputaran Jalan Asia Afrika Kota Bandung selesai direnovasi usai pelaksanaan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika.
Kata "Comjurig" sendiri, diambil dari bahasa sunda yakni "jurig" yang artinya hantu.
Dede menuturkan setiap hari Senin hingga Jumat, Dede mulai bergentayang hingga 14.00 WIB, sedangkan hari Sabtu hingga Minggu ia memulai lebih pagi.
Dirinya memilih berkostum hantu Pocong agar banyak digemari oleh pengunjung.
Menjadi seorang cosplayer hantu, kata Dede, bukanlah perkara yang mudah karena harus beraksi dengan riasan wajah menyeramkan serta pakaian putih-putih yang membalut sekujur tubuhnya, terlebih jika aksinya dilakukan di siang hari yang panas menyengat.
"Sebelumnya saya pakai kostum badut gitu, tapi itu lebih panas dan jarang ada warga yang mau foto bareng. Tapi semenjak gabung di Comjurig dan pakai kostum pocong malah banyak yang ngajak foto bareng dari pengunjung atau warga," kata dia.
Para cosplayer di Jalan Asia Afrika, kata dia, tidak pernah mematok harga bagi warga yang hendak berfoto dengan para cosplayer hantu.
"Kita ada kotak amal buat warga yang mau ikhlas ngasih (uang) kalau sudah berfoto dengan kita. Tapi kita tidak pernah mematok, itu seikhlasnya saja, mau ngasih alhamdulillah, tidak ngasih juga tidak apa-apa," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, tantangan lain ialah terkait perizinan seperti sebelum pemda setempat memberikan izin para cosplayer kadang harus "kucing-kucingan" dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang berusaha menertibkan para cosplayer yang beraksi di kawasan tersebut.
Sebelum menjadi seorang cosplayer, Dede merupakan pedagang di Jalan Asia Afrika namun, keinginannya yang kuat untuk menghibur orang banyak membuatnya beralih ke dunia cosplay.
Menjadi seorang cosplayer juga membutuhkan modal yang cukup banyak bagi Dede karena dalam waktu seminggu untuk membeli perlengkapan cosplay bisa mencapai lebih dari Rp100.000.
Perlengkapan yang biasa digunakan oleh Dede, yaitu body painting, getah karet, kain, korek uping, dan tisu.
Ia memanfaatkan internet untuk melihat cara merias wajah seperti hantu dan membuat luka buatan.
Dede dan teman-teman di komunitas cosplay-nya biasa menyisihkan uang hasil dari kegiatannya untuk orang yang lebih membutuhkan.
Selain itu dirinya tidak menjadikan cosplay sebagai sumber utama mencari nafkah karena ia merasa puas ketika banyak pengunjung yang terhibur dan ingin berfoto bersama dengannya.
Dede biasanya beraksi sebagai Pocong di Jalan Asia Afrika dari pagi hingga sore hari sedangkan pada malam harinya ia gunakan untuk bekerja sebagai keamanan untuk salah satu perusahaan di Kota Bandung.
Biasanya, Dede yang merupakan warga rantau dari Palembang ini mulai merias dirinya menjadi pocong dari pukul 07.00 WIB di pojok Jalan Asia Afrika Kota Bandung.
Dede tinggal bersama istri dan anaknya di kawasan Jalan Sasak Gantung Kota Bandung.