Bandung (ANTARA) - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mendorong penerapan desain hunian sejuk dan hemat energi melalui rekomendasi yang dihasilkan dalam Konferensi Sustainable Buildings, Cities, and Communities (SBCC) 2025.
Ketua Konferensi SBCC 2025 Beta Paramita dalam keterangan yang diterima di Bandung, Selasa, menyampaikan bahwa penerapan desain tersebut menjadi solusi konkret bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang terdampak pemanasan kota.
“Isu pendinginan berkelanjutan sangat berdampak pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Kami ingin rekomendasi yang dihasilkan mudah dipahami dan dapat langsung diterapkan oleh masyarakat maupun pengambil kebijakan,” ujarnya.
Beta juga menekankan pentingnya terciptanya ruang kolaborasi lintas sektor untuk membangun kota dan hunian yang lebih sejuk, berkelanjutan, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) RI Fahri Hamzah menekankan pentingnya transformasi pembangunan perumahan nasional menuju model yang ramah lingkungan.
Ia menjelaskan tantangan besar berupa double backlog jutaan keluarga yang tinggal di rumah tidak layak sekaligus belum memiliki rumah, yang harus dijawab melalui desain, teknologi, dan regulasi yang mendukung ketahanan dan keberlanjutan.
"Pembangunan perumahan tidak bisa lagi hanya mengejar kuantitas. Kita harus memastikan rumah yang dibangun aman, adaptif terhadap bencana, dan berkelanjutan," jelasnya.
Fahri juga menekankan pemanfaatan material lokal seperti kayu dan bambu yang lebih lentur terhadap gempa serta penerapan desain pendinginan pasif untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon.
Sementara itu, Rektor UPI Prof. Dr. Didi Sukyadi menegaskan akan terus mendukung penuh perguruan tinggi untuk berada di garis depan dalam menghadapi isu keberlanjutan dan perubahan iklim sebagai tanggung jawab moral dan akademik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UPI dorong hunian sejuk dan hemat energi hadapi pemanasan kota
