Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Selasa sore menguat sebesar 38 poin atau 0,23 persen menjadi Rp16.625 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.663 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai penguatan kurs rupiah dipengaruhi kenaikan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
"Ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan melanjutkan siklus pelonggarannya telah meningkat dengan CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember adalah sebesar 87,4 persen," ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Potensi pemotongan suku bunga ini dipicu data aktivitas manufaktur AS pada bulan November mengalami kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut.
Tercatat, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS bulan November 2025 mencapai 48,2 atau lebih lemah dari perkiraan di angka 48,6.
Selain itu, kemungkinan Penasihat Ekonomi Nasional Gedung Putih Kevin Hassett ditunjuk menjadi Ketua The Fed menggantikan Jerome Powell dianggap turut mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Hal ini mengingat Hasset mendukung keputusan untuk pemangkasan suku bunga The Fed lebih lanjut.
"Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu (30/11/2025) bahwa ia tidak akan memberi tahu siapa pun siapa yang akan ditunjuk, tetapi ia sudah menentukan pilihannya," ungkap Ibrahim.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa ini juga menguat di level Rp16.632 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.668 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat dipengaruhi ekspektasi suku bunga Fed dipangkas naik
