Tasikmalaya (ANTARA) - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tasikmalaya, Jawa Barat menyebutkan, jumlah pengaduan konsumen terkait sektor keuangan pada triwulan ketiga atau sampai September 2025 sebanyak 959 laporan, atau bertambah cukup banyak dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 618 pengaduan.
"Pada posisi September 2025 mencatat peningkatan jumlah pengaduan konsumen di wilayah kerja OJK Priangan Timur total pengaduan yang diterima mencapai 959 pengaduan," kata Plt Kepala OJK Tasikmalaya Melati Usman saat acara pertemuan dengan sejumlah media membahas kinerja OJK Tasikmalaya di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan, jumlah pengaduan pada triwulan ketiga itu dinilai meningkat sebanyak 341 pengaduan dibandingkan dengan posisi triwulan kedua tahun 2025 yang tercatat sebanyak 618 pengaduan.
Pengaduan itu, kata dia, didominasi oleh sektor perbankan sebanyak 420 pengaduan, dan sektor Financial Technologi (Fintech) sebanyak 349 pengaduan yang mayoritas masyarakat memilih laporan secara tatap muka ke Kantor OJK Tasikmalaya sebanyak total 816 pengaduan, sedangkan pengaduan melalui surat tercatat 140 pengaduan.
"Meski begitu kami mendorong laporan melalui aplikasi, kami juga terus memandu bahwa pengaduan tersebut dapat langsung dicatat tanpa harus datang ke kantor," katanya.
Ia menyampaikan OJK Tasikmalaya selama ini terus berupaya mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada semua kalangan masyarakat terkait akses jasa keuangan agar tidak mengalami kerugian.
Adanya peningkatan laporan pengaduan itu, kata dia, banyak faktornya seperti masyarakat mulai sadar, dan tingkat literasinya tinggi sehingga tahu ke mana untuk melaporkan terkait pelayanan jasa keuangan.
"Di mana tingkat kota literasi tinggi maka tingkat pengaduannya tinggi, untuk wilayah Priangan Timur ini saya belum mendata (tingkat literasi), mudah-mudahan literasi keuangan di kita meningkat," katanya.
Ia mengatakan, bagi OJK banyaknya laporan pengaduan masyarakat bukan berarti hal yang buruk, melainkan adanya kesadaran masyarakat yang semakin kritis dan tidak akan mudah menjadi korban penipuan.
"Tingkat literasi kita meningkat, dan hal ini juga bagus, ini berarti akan membangun 'awareness' bagi kita, jangan terlalu anggap remeh dengan masyarakat kita yang semakin kritis," katanya.
