Bandung (ANTARA) - Kementerian Perdagangan mendorong Pemprov Jabar termasuk dari para pelaku UMKM untuk membuka akses dan memperluas pasar ekspor ke wilayah non-tradisional, seperti Afrika, Asia Selatan, hingga Amerika Latin, terutama untuk produk kosmetik, kesehatan, dan makanan olahan.
Sekretaris Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Arief Wibisono, selepas acara Bewara Jawa Barat (Beja), di Gedung Sate Bandung, Jumat, pasar-pasar non-tradisional yang kini dibidik mencakup negara-negara di Afrika seperti Mozambik dan Tunisia, Asia Tengah seperti India dan Pakistan, serta kawasan Timur Tengah.
Produk-produk asal Jawa Barat, terutama dari sektor kecantikan dan kesehatan berbasis herbal, disebut memiliki peluang besar untuk menembus pasar tersebut.
"Industri produk kecantikan dan kesehatan kita sudah cukup maju. Permintaan dari Afrika dan Timur Tengah sangat tinggi, baik untuk barang jadi maupun bahan baku herbal," ujarnya.
Strategi diversifikasi pasar ekspor ini juga menjadi bagian dari respons pemerintah terhadap hambatan perdagangan, termasuk pengenaan tarif tinggi oleh negara-negara seperti Amerika Serikat.
Arief mencontohkan skema kolaboratif dengan negara mitra seperti Maroko yang bisa menjadi hub ekspor ke AS melalui perjanjian dagang yang sudah dimiliki negara tersebut.
"Ini adalah bentuk keberanian kita untuk berinovasi dan adaptif, memanfaatkan potensi sumber daya nasional dan teknologi digital untuk membuka pasar baru yang lebih prospektif," katanya.
Dari sisi dukungan untuk UMKM, dia menyatakan bahwa sejak Januari 2025, program unggulan bertajuk UMKM Bisa Ekspor telah berhasil memfasilitasi pelaku usaha dalam negeri untuk menembus pasar internasional melalui skema business matching yang digelar secara daring.
"Sejak awal tahun hingga September 2025, program ini telah membukukan potensi transaksi ekspor lebih dari 100 juta dolar AS atau sekitar Rp1,4 triliun. Dari jumlah itu, lebih dari 50 juta dolar sudah dalam bentuk purchase order," ucap Arief.
