Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia.
IHSG ditutup melemah 3,25 atau 0,04 persen ke posisi 8.166,03. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,49 poin atau 0,06 persen ke posisi 784,88.
“Koreksi IHSG disinyalir akibat profit taking pada beberapa saham konglomerasi yang telah mendorong penguatan indeks selama dua hari perdagangan sebelumnya, yang sempat memicu terjadinya panic selling,” ujar Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Dari dalam negeri, faktor negatif juga berasal dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia bulan September yang turun ke level 115 dari sebelumnya 117,2 pada Agustus 2025, atau terendah sejak April 2022, yang mana lima dari enam sub indeks mengalami penurunan.
Selanjutnya, pelaku pasar akan mencermati data penjualan ritel domestik bulan Agustus 2025 yang diperkirakan tumbuh melambat menjadi 3,9 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 4,7 persen (yoy) pada Juli 2025.
Sejak Mei-Juli 2025, penjualan ritel tumbuh positif didorong oleh paket stimulus pemerintah untuk mendorong daya beli masyarakat.
Sementara itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berencana akan kembali menarik dana pemerintah atau Saldo Anggaran Lebih (SAL) di Bank Indonesia (BI) senilai Rp70 triliun, dan ditempatkan sebagian di Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti Bank Jakarta dan Bank Jatim dengan kisaran nilai Rp10-20 triliun.
Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat yaitu dipimpin sektor industri yang menguat sebesar 2,90 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor transportasi & logistik yang masing-masing naik sebesar 2,73 persen dan 1,63 persen.
