Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah seiring rilis data ekonomi AS tertunda.
“Tertundanya rilis data ekonomi AS akibat (government) shutdown sehingga sangat sulit bagi The Fed untuk menentukan penurunan rate dan meningkatkan pelaku pasar untuk memegang dolar AS,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Mengutip Sputnik, shutdown pemerintahan AS berpotensi menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran dan kerugian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara sebesar 15 miliar dolar AS (Rp248 triliun) per pekan jika terus berlanjut.
Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett dalam wawancara kepada CNN, sebagaimana dilaporkan RIA Novosti, menilai jika presiden memutuskan bahwa negosiasi benar-benar menemui jalan buntu, maka PHK akan mulai terjadi. Namun, jika Partai Demokrat menggunakan pendekatan yang bijak dalam proses persetujuan anggaran di Senat, maka takkan ada alasan untuk melakukan PHK, tambah Hassett.
Ketidakpastian seputar shutdown, seiring proposal untuk membuka kembali Pemerintah AS gagal lolos untuk keempat kalinya, membuat rilis data-data ekonomi AS tertunda.
Tahun fiskal 2024 berakhir pada 30 September, tetapi Kongres masih belum berhasil mencapai kesepakatan mengenai anggaran untuk tahun berikutnya.
Kebuntuan ini disebabkan oleh konflik sengit antara Partai Republik dan Partai Demokrat di Senat, di mana Partai Republik tidak memiliki mayoritas yang dibutuhkan.
“Sementara (sentimen) dari domestik masih, wait & see rilis data cadangan devisa (cadev) BI (Bank Indonesia),” ucap Rully.
