Cianjur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menginstruksikan seluruh kecamatan hingga tingkat RT/RW melakukan berbagai upaya, termasuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi setiap saat.
Wakil Bupati Cianjur Ramzi di Cianjur Kamis, mengatakan, Kabupaten Cianjur termasuk dalam wilayah yang rawan terjadi bencana alam karena kondisi geografis sungai, perbukitan dan pegunungan yang dapat memicu gempa, banjir, longsor sampai pergeseran tanah.
"Terlebih lagi Cianjur berada di jalur sesar aktif, seperti Sesar Rajamandala dan Sesar Cimandiri, dengan wilayah berbukit, dialiri sungai besar membuat ancaman gempa, longsor, dan pergeseran dapat terjadi setiap saat, serta bencana kekeringan juga rawan terjadi," katanya.
Untuk berbagai upaya pencegahan, tutur dia, tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah, berbagai upaya untuk meminimalkan dampak kerugian jiwa maupun harta benda dapat dilakukan melalui langkah mitigasi yang konsisten berbagai kalangan mulai dari kabupaten, kecamatan hingga RT/RW.
Pihaknya menekankan pentingnya kewaspadaan bersama, baik dari pemerintah maupun masyarakat agar risiko bencana dapat ditekan sedini mungkin, meski pihaknya berharap tidak ada lagi bencana alam besar menimpa Cianjur namun tetap harus diwaspadai berbagai kalangan.
“Tapi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan tetap harus jadi prioritas, segera mengungsi ketika melihat tanda alam akan terjadi bencana, selalu menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar termasuk dengan tidak membuang sampah sembarangan terlebih ke sungai dan saluran air," katanya.
Saat ini, tambah dia, pihaknya menyiagakan sekitar 300 orang lebih Relawan Tangguh Bencana (Retana) dalam melakukan pengawasan dan pelaporan terkait situasi di wilayah tugasnya masing-masing serta melakukan penanganan cepat ketika terjadi bencana dengan mengutamakan keselamatan jiwa.
Ketua Relawan Indonesia Pembela Alam (Rimba) Kabupaten Cianjur Eko Wiwid mengatakan siaran resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, menyebutkan musim penghujan akan lebih cepat dan ada ancaman bahaya hidrometeorologi sepanjang tahun 2025/2026 dapat terjadi.
Sehingga, pihaknya meminta masyarakat, termasuk anggota di Cianjur untuk senantiasa siaga dan waspada dengan kondisi saat ini dan ke depannya selalu memantau daerah yang rawan terjadi bencana banjir maupun longsor serta selalu mengingatkan masyarakat agar selalu eling lan waspada.
"Kita tidak tahu kapan waktu pastinya bencana akan datang, akan lebih baik kalau kita semua selalu memitigasi potensi bencana agar masyarakat siaga mengurangi resiko bencana, karena kalau sudah bencana terjadi kerugian akan lebih besar," katanya.
Bahkan, sejak jauh hari guna mengantisipasi terjadinya bencana alam, terutama longsor dan banjir pihaknya melakukan berbagai program, termasuk menanam pohon di daerah kritis penyangga hulu sungai seperti di kaki Gunung Gede-Pangrango dan Halimun-Salak.
"Kami juga melakukan hal yang sama di gunung dan hutan lainnya di tiga wilayah utama Bogor, Cianjur dan Sukabumi bekerja sama dengan lintas komunitas relawan yang aktif bidang lingkungan hidup dan kemanusiaan," katanya.
Pihaknya berharap kesadaran atas kondisi lingkungan hidup dan peduli sesama anak bangsa terus ditingkatkan semua lapisan masyarakat dan pihak pemerintah karena bencana alam tidak akan melihat status sosial atau latar belakang manusia.
