Indramayu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menggencarkan berbagai langkah intervensi pencegahan stunting setelah angka prevalensi balita stunting di daerah itu turun signifikan dari 18,4 persen menjadi 9,8 persen pada 2024.
Wakil Bupati Indramayu Syaefudin di Indramayu, Selasa, mengatakan hasil tersebut sudah menempatkan Indramayu sebagai kabupaten dengan angka stunting terendah kedua di Jawa Barat, sekaligus melampaui target nasional.
Menurut dia, capaian tersebut merupakan buah dari penerapan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting secara terpadu.
"Indramayu berkomitmen melaksanakan aksi konvergensi sebagai langkah nyata menurunkan prevalensi stunting," katanya.
Syaefudin menuturkan langkah intervensi yang kini diterapkan adalah pemberian makanan tambahan bergizi bagi ibu hamil, bayi, dan balita gizi kurang, distribusi tablet tambah darah untuk remaja putri serta calon pengantin, hingga peningkatan cakupan ASI eksklusif.
Selain itu, kata dia, langkah intervensi sensitif juga dilakukan melalui peningkatan akses air minum layak yang kini mencapai 86,2 persen, sanitasi layak 97,96 persen, serta pendampingan keluarga berisiko stunting.
“Kami turut mendorong konsumsi protein hewani melalui program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)," katanya.
Lebih lanjut, dia menuturkan pemerintah daerah telah menetapkan 15 desa sebagai lokus prioritas pencegahan stunting pada 2025.
Ia menyebutkan ada 5.000 kader aktif bergerak di lokus tersebut yang dikerahkan untuk pemantauan tumbuh kembang anak, edukasi gizi, dan pendampingan keluarga berisiko stunting.
“Kami menargetkan tren penurunan prevalensi stunting terus berlanjut, sehingga dapat menjadi salah satu daerah percontohan dalam percepatan penanganan stunting di Jawa Barat,” ucap dia.
