Bandung (ANTARA) - Siswi disabilitas SLBN A Pajajaran diusir paksa dari asrama di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel (PPSGHD) Dinas Sosial Jawa Barat, Selasa (22/7) atau sehari sebelum perayaan Hari Anak Nasional.
Pembimbing asrama putri di PPSGHD Dinsos Jabar, Anggita Putri, mengatakan kejadian pengosongan paksa itu terjadi ketika para siswi sedang belajar di sekolah SLBN A Pajajaran (Wyataguna) Bandung.
"Saya juga sedang berada di sekolah, tiba-tiba saya ditelepon oleh salah satu pegawai dari PPSGHD, karena memang kami tinggal di sana. Mereka menyampaikan bahwa asrama harus segera dikosongkan, dan batas terakhirnya adalah besok, yaitu hari ini," kata Anggita ditemui di Kompleks Wyataguna Bandung, Rabu.
Namun setelah dikonfirmasi ulang, ujar Anggita, ternyata asrama telah dikosongkan, dengan barang-barang para siswi telah dikeluarkan, dan kunci gembok kamar pembimbing dibongkar secara paksa, hingga membuat para siswi shock.
"Ketika sampai di sana anak-anak kondisinya kaget dan shock dan berkata 'ibu, kirain pulang cepat mau jalan-jalan, tapi kok ternyata malah diusir, malah dibongkar, malah kayak gini'," kata Anggita mencontohkan perkataan anak didiknya.
Alasan pengosongan dengan cara pembongkaran kunci gembok secara paksa dan pemberitahuan secara tiba-tiba melalui sambungan telepon, Anggita mengatakan pihaknya tidak mendapatkan informasi jelas, asrama tersebut akan digunakan untuk apa.
"Kami secara tiba-tiba diberi tahu asrama harus dikosongkan, dan pengosongannya kunci gembok dibongkar secara paksa saya ada dokumentasi video sisanya (pembongkaran). Terkait peruntukannya saya belum tahu untuk apa dan belum dapat informasi jelas soal itu," ujar dia.
Dampak dari pengosongan secara paksa itu, menyebabkan siswa terganggu secara mental karena terkejut atas kejadian tersebut, bahkan nanti ada kemungkinan para siswi tersebut terancam putus sekolah.
"Dampaknya terganggu secara mental, mungkin terancam putus sekolah. Karena di asrama, biasanya ada yang antar-jemput ke sekolah. Tapi kalau mereka tinggal di rumah, tidak ada yang antar dan menjemput," ucap Anggita.
Saat ini, kata Anggita, barang-barang milik siswi dan para siswi tersebut terpaksa dikembalikan pada orang tua masing-masing sekitar pukul 17.00 WIB hari Selasa (22/7), beberapa jam setelah aksi pengosongan paksa.
