Cianjur (ANTARA) - Kepolisian Resor Cianjur, Jawa Barat, mendalami laporan pencabulan oknum guru mengaji di Kawasan Puncak, terhadap tujuh orang korban yang sudah membuat laporan.
Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Tono Listianto di Cianjur Selasa, mengatakan tengah mengembangkan dan melakukan penyelidikan terkait dugaan pelecehan seksual yang menimpa korban, bahkan sudah melayangkan panggilan terhadap oknum guru mengaji.
"Tujuh orang korban sudah melapor mendapat perlakuan yang sama dari oknum tersebut, bahkan disebut korbannya lebih dari tujuh orang yang selama ini belajar mengaji bersama, kami pastikan laporan akan diproses," katanya.
Sedangkan terkait terlapor yang sudah dipanggil melalui pengacaranya meminta penjadwalan ulang karena belum bisa memenuhi panggilan polisi."Kami pastikan proses hukum tetap berjalan sampai terlapor hadir," katanya.
Sementara terungkap-nya aksi pencabulan yang dilakukan oknum tersebut dengan dalih pengobatan alternatif terhadap santriwati yang belajar padanya sejak tahun 2015, dimana sebagian besar korban ditanya terkait kondisi kesehatannya.
Salah seorang korban sebut saja Gadis (16) mengatakan aksi bejat oknum tersebut sudah berjalan selama 10 tahun terakhir, dimana rata-rata korban ditanya soal kondisi kesehatan dan oknum tersebut berdalih melakukan terapi dengan meraba bagian sensitif dari korban.
"Katanya bisa melakukan terapi terhadap berbagai penyakit yang kami keluhkan, setiap selesai mengaji oknum tersebut sering bertanya apa yang saya rasakan termasuk di bagian reproduksi atau kemaluan," katanya.
Ketika korban mengeluhkan kerap sesak nafas, oknum tersebut memijat biasa dengan dalih terapi namun lama kelamaan mulai memijat bagian sensitif dari tubuhnya seperti meraba bagian dada, bahkan beberapa kali memintanya melepaskan pakaian dengan dalih memudahkan proses terapi.
"Saya mengalami hal tersebut sejak SMP sampai SMK, bahkan oknum tersebut sempat meraba kemaluan saya ketika saya SMP, hal tersebut sempat saya tutupi karena terus melakukan hal tersebut akhirnya saya ceritakan pada keluarga," katanya.
Bahkan ungkap dia, sempat menanyakan hal tersebut pada teman yang sama-sama belajar mengaji pada oknum tersebut, sebagian besar mengaku mengalami pelecehan mulai dari di raba di bagian sensitif hingga melakukan oral dengan dalih penyembuhan.
"Kalau jumlah korban lebih dari tujuh orang, namun baru tujuh orang yang membuat laporan ke polisi, harapan saya oknum tersebut diproses hukum agar tidak ada lagi korban," katanya.