Garut (ANTARA) - Sejumlah pemerintah daerah tingkat kabupaten dan provinsi tertarik melakukan studi tiru pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Pasar Wisata Samarang di Kabupaten Garut Jawa Barat, untuk mengatasi sampah dan menjaga kenyamanan pengunjung maupun pedagang.
"Yang sudah melakukan kajian tiru ke Pasar Samarang Kabupaten Cianjur sebelumnya Disperindag Provinsi Jawa Barat, Disperindag Kabupaten Bandung," kata Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan Energi, Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kabupaten Garut Ricky R. Darajat di Garut, Jumat.
Ia menuturkan, Pasar Wisata Samarang yang berada di Kecamatan Samarang merupakan salah satu pasar tradisional terbaik dibandingkan dengan pasar lainnya di Garut dalam pengelolaan sampah.
Selama ini, kata dia, Pasar Samarang menerapkan konsep pasar dengan bangunan yang sudah modern, kemudian menerapkan cara pemanfaatan sampah agar tidak semuanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
"Terutama pengolahan sampahnya, sebagaimana kita ketahui berdasarkan data di Kementerian LH RI bahwa sampah pasar adalah penyumbang terbesar kedua, untuk itu sampah dari pasar perlu dilakukan pengelolaan agar tidak semua masuk ke TPA," katanya.
Ia menyebutkan volume sampah di Pasar Wisata Samarang setiap harinya kisaran 3,5 ton sampai 4,5 ton sampah organik dan bukan organik yang bersumber dari sampah sisa jualan barang dagangan, maupun dari pengunjung.
Persentase jenis sampah dari total volume sampah setiap harinya, kata dia, untuk organik segar sebesar 42 persen, sampah organik busuk sebesar 30 persen, dan sampah bukan organik 23 persen, sisanya residu 5 persen.
Ia menyampaikan, pengolahan sampah organik saat ini menerapkan biokonversi maggot dan untuk pakan bebek dengan persentase baru 10 persen, sedangkan dengan pemilahan sampah anorganik sudah bisa mengurai 25 persen.
"Untuk percepatan penguraian sampah pasar yang menjadi kendala masih kurangnya bibit ternak maupun maggot untuk memaksimalkan penguraian sampah," katanya.
Ia mengungkapkan syukur dan bangga cara pengolahan sampah di pasar tradisional itu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah lain, termasuk juga pasar lain di Garut yang nantinya bisa diterapkan juga di daerahnya.
Pemkab Garut, kata dia, selama ini terus berupaya untuk bisa menerapkan cara pengolahan sampah tersebut di seluruh pasar di Garut, sehingga sampah tidak harus semua masuk ke TPA Pasir Bajing, tapi bisa memberikan manfaat, di antaranya mendaur ulang, dan kebutuhan pakan ternak.
Ia berharap upaya pengelolaan sampah yang baik di pasar tradisional tentunya akan memberikan dampak kenyamanan kepada pedagang, maupun pengunjung sehingga bisa meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berbelanja ke pasar.
"Tentu berdampak, karena dengan tertanganinya masalah sampah akan menciptakan kenyamanan para pedagang, juga pembeli yang datang ke pasar, sehingga daya saing pasar tentunya terus meningkat," katanya.***3***