Bandung (ANTARA) - Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) menegaskan bahwa Bandung Spirit sebagai fondasi dalam membangun dan memperkuat kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika.
Direktur SKSG UI, Supriatna, menjelaskan Bandung Spirit yang merupakan warisan dari Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-70 harus menjadi momentum strategis untuk menekankan kembali solidaritas dan kerja sama antara negara-negara berkembang.
“Tema besarnya adalah menghidupkan kembali semangat Asia-Afrika, agar negara-negara berkembang bisa naik kelas menjadi negara menengah dan, ke depan, menjadi negara maju melalui Bandung Spirit,” kata Supriatna dalam kegiatan simposium internasional dalam memperingati 70 tahun KAA di Bandung, Kamis.
Menurut Supriatna, simposium ini digelar dengan latar belakang relevansi isu-isu global yang masih dihadapi negara-negara di Asia-Afrika.
Ia menekankan bahwa salah satu tema utama yang diangkat adalah pengembangan masyarakat sebagai respons atas kondisi negara yang masih terpinggirkan.
“Apalagi saat ini muncul tantangan global seperti kebijakan tarif dan pajak dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tekanan resesi global yang memicu PHK, serta kerugian ekonomi masyarakat,” katanya.
Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya negara-negara Asia dan Afrika untuk tidak terjebak dalam dinamika politik global yang didominasi oleh kekuatan besar.
“Kami ingin mendorong kesejahteraan masyarakat di negara-negara yang tertinggal. Karena ini menyangkut geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi. Kita ingin negara-negara Asia dan Afrika fokus pada pembangunan bersama, bukan konflik kepentingan global,” kata dia.
Sebagai tindak lanjut dari simposium, SKSG UI akan memperluas kerja sama internasional dengan sejumlah negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan berbagai negara Afrika.